Sukoharjo,
Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kanwil Kemenag Jawa Tengah Saifudin Zuhri, menguraiakan tiga strategi yang saat ini diterapkan kemenag guna menangkal berkembangnya paham radikal dan terorisme dalam dunia pendidikan.
“Ada tiga strategi, yang pertama Kementerian Agama meluncurkan modul pembelajaran Agama Islam berbasis Islam Rahmatan lil alamin atau yang disingkat dengan ISRA. Dengan adanya modul ini dapat menyatukan paradigma yang sama terkait substansi materi ajar dan metodologi penyampaiannya,” ungkapnya saat mengisi sarasehan kebangsaan di pesantren Modern Assalam Sukoharjo, Kamis (29/10).
Saat ini, lanjutnya, pendidikan agama Islam di sekolah merupakan sesuatu hal yang sangat strategis. Dikarenakan pendidikan agama Islam diajarkan kepada 47 juta anak di Indonesia.
Oleh karena itu, dibutuhkan metodologi pembelajaran yang efektif demi mewujudkan agama Islam yang damai, menghargai perbedaan budaya dan agama, dapat memahami antar sesama serta bisa mengajarkan Islam yang menghargai demokrasi .
Modul ini baru digunakan di empat provinsi saja sebagai pilot project atau program percontohan, yakni SMA atau SMK Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sumatera Utara.
Kedua, yaitu mengembangkan pemahaman tentang Islam Nusantara, yaitu penanaman pemahaman melalui penghayatan tetang Islam yang berkembang di nusantara.
Ketiga, mengembangkan pendidikan yang berbasis multikulturalisme. Pendidikan berbasis multikulturalisme sangat relevan diterapkan di negara-negara yang multietnis dan multibudaya, seperti Indonesia. Keragaman budaya jika dikelola dengan baik akan mampu membentuk karakter kebangsa Indonesiaan yang kokoh.
“Karena itu, pendidikan multikultural sangat memiliki kontribusi dalam menyukseskan kebijakan pendidikan berbasis karakter dan menangkal berkembangnya paham radikal,” pungkasnya. (Ahmad Rosidi/Fathoni)
Sumber: NU Online