NU Jatim: Amerika Harus Belajar dari Uni Soviet
Surabaya, Sejumlah persoalan didiskusikan saat Konsulat Jendral (Konjen ) Amerika Serikat (AS) di Surabaya, Heather Variava berkunjung di Kantor PWNU Jawa Timur, Kamis (28/1). Salah satu yang menarik adalah materi kampanye salah seorang kandidat presiden di negara adikuasa tersebut. "NU sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar di dunia memiliki tanggung jawab untuk menciptakan keadaan yang kondusif," kata KH Sonhaji Sholeh. Wakil Ketua PWNU Jatim ini kemudian mengingatkan bahwa kewajiban serupa juga menjadi tugas dari Amerika Serikat sebagai satu-satunya negara besar dan berpengaruh di dunia. Apalagi antara Indonesia yang di dalamya juga NU dengan AS telah terjalin hubungan dan kerja sama yang baik, lanjutnya. "Jangan sampai hubungan baik yang terjalin selama ini rusak akibat statemen salah seorang kandidat presiden ketika kampanye," kata guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini. Profesor Sonhaji kemudian menyoroti kampanye calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, yang dikecam banyak kalangan, khususnya muslim dunia. Bagi KH Sonhaji Sholeh, apa yang dilakukan Donald Trump sebagai keangkuhan. "Amerika Serikat harus belajar dari keruntuhan Uni Soviet (sekarang Rusia) dengan ajaran ateismenya," katanya. Dan kalau kemudian AS membiarkan hal tersebut, bisa jadi kebesarannya akan runtuh, sama seperti pengalaman Uni Soviet. Heather Variava mengemukakan bahwasanya AS sangat menghargai kalangan minoritas, termasuk kaum muslimin. "Undang-undang di Amerika Serikat melindungi keragaman agama," terangnya. Bahkan dari seratus warga AS satu dari mereka adalah muslim, lanjutnya. Konjen Amerika di Surabaya berkunjung ke kantor PWNU Jatim dan diterima sejumlah kiai dan pengurus. Ada KH Anwar Iskandar dan KH Agus Ali Masyhuri dari unsur wakil rais. Juga KH Abdurrahman Navis, KH Sonhaji Sholeh, dan KH Ali mas'ud sebagai wakil ketua, Akhmad Muzakki (sekretaris) dan Riadi Ngasiran selaku pemimpin redaksi Majalah Aula. (Ibnu Nawawi/Abdullah Alawi) Sumber: NU Online