
Pada 21 Maret 2025, sebuah peristiwa mengejutkan terjadi di dunia aviasi militer. Untuk pertama kalinya dalam 46 tahun, Angkatan Udara Amerika Serikat memberikan kontrak pembuatan jet tempur baru kepada perusahaan selain Lockheed Martin. Boeing, dengan jet tempur F-47 yang diklaim sebagai jet generasi keenam pertama di dunia, mengambil alih misi supremasi udara. Lockheed Martin, yang dikenal dengan F-22 sebagai jet tempur superior dan F-35 sebagai program pesawat siluman tersukses, tidak hanya kehilangan kontrak ini, tetapi juga tersingkir dari persaingan untuk program jet tempur baru Angkatan Laut AS. Ini menandai perubahan besar, mengingat dominasi Lockheed Martin selama puluhan tahun.
Keputusan ini memicu beragam reaksi. Bagi sebagian pihak, ini adalah angin segar. Jet siluman Lockheed Martin, meski sangat canggih, sering dikritik karena biaya yang membengkak dan penundaan teknologi yang berulang. Namun, Lockheed Martin tidak tinggal diam. Alih-alih memprotes keputusan Angkatan Udara, yang bisa menunda pengoperasian F-47 hingga lebih dari setahun, perusahaan legendaris ini memilih strategi berbeda. Mereka fokus pada pengembangan jet generasi kelima yang telah mereka ciptakan, dengan mengusulkan perombakan total F-35 untuk menjembatani teknologi masa kini dan masa depan.
Dalam panggilan laba pada 22 April 2025, CEO Lockheed Martin, Jim Taiclet, memperkenalkan ide “Ferrari F-35”. Ia menggambarkan versi baru F-35 yang menggabungkan teknologi saat ini dengan inovasi dari program Next Generation Air Dominance (NGAD) yang menjadi cikal bakal F-47. Disebut sebagai “generasi kelima plus”, konsep ini sedang dikembangkan melalui program peningkatan Tech Refresh 3 dan Block 4. Taiclet mengklaim bahwa F-35 baru ini bisa memberikan 80% kemampuan jet generasi keenam, namun dengan harga sekitar $150 juta per unit—jauh lebih murah dibandingkan perkiraan biaya F-47 yang bisa mencapai dua kali lipat.
Meski detail teknisnya masih terbatas, Taiclet memberikan gambaran tentang peningkatan yang diusulkan. F-35 baru ini akan dilengkapi sensor canggih, termasuk radar mutakhir dan kemampuan penargetan inframerah yang ditingkatkan. Selain itu, teknologi siluman akan diperbarui dengan material baru, desain geometris inovatif, dan langkah-langkah penanggulangan yang lebih baik. Senjata jarak jauh yang terintegrasi dengan sensor ini akan memungkinkan F-35 menghabisi musuh sebelum mereka sempat membalas. Taiclet membandingkan perombakan ini dengan “upgrade NASCAR”, menantang tim insinyur untuk menciptakan jet dengan performa mendekati generasi keenam, namun dengan biaya jauh lebih rendah.
F-35 saat ini sudah menjadi jet tempur paling canggih di dunia. Mengambil pelajaran dari F-22, F-35 memperkenalkan sejumlah terobosan: jet produksi pertama yang mampu terbang supersonik dan mendarat vertikal, jet siluman pertama yang beroperasi dari kapal induk, dan platform pertama yang dirancang untuk pertempuran udara-ke-udara serta udara-ke-darat dengan siluman sebagai intinya. Dengan radar canggih, sistem apertur terdistribusi inframerah, dan avionik yang memadukan data sensor, F-35 mampu mendeteksi musuh dari jarak jauh, memberikan keleluasaan bagi pilot untuk mengatur strategi pertempuran dan menembak lebih dulu dengan senjata seperti rudal AMRAAM atau A9X yang dinamis.
Namun, meski canggih, F-35 memiliki keterbatasan. Komputer onboard-nya, yang mutakhir pada 2008, kini tertinggal dibandingkan teknologi modern. Prosesor inti terpadu F-35 hanya memiliki 512 MB DRAM, jauh di bawah kemampuan perangkat konsumen saat ini. Untuk mengatasi ini, program Tech Refresh 3 dan Block 4 sedang memperkenalkan prosesor baru dengan daya komputasi 37 kali lebih besar dan kapasitas memori 20 kali lipat. Peningkatan ini juga mencakup radar aktif paling canggih dari Northrop Grumman, sistem perang elektronik yang diperluas, kapasitas senjata internal yang ditingkatkan, dan pendingin yang lebih baik untuk mendukung kebutuhan daya listrik yang lebih besar.
Spekulasi tentang “Ferrari F-35” ini mengarah pada beberapa kemungkinan menarik. Lockheed Martin mungkin mengadopsi teknologi dari program F-22, seperti tangki bahan bakar siluman yang meningkatkan jangkauan tempur hingga hampir 1.000 mil, atau bahkan mesin siklus adaptif seperti XA100 dari GE, yang menawarkan peningkatan dorongan dan efisiensi bahan bakar hingga 30%. Selain itu, perubahan desain sayap atau permukaan kontrol bisa meningkatkan kapasitas bahan bakar dan muatan, meski dengan risiko mengorbankan performa aerobatik. Meskipun ide seperti ekor vertikal lipat untuk siluman lebih baik terdengar menarik, kompleksitas dan biayanya mungkin membuatnya kurang realistis. Dengan F-35 yang sudah unggul dan harga yang jauh lebih terjangkau dibandingkan jet generasi keenam, pertanyaan sebenarnya adalah: seberapa besar anggaran yang bersedia dikeluarkan Angkatan Udara untuk mewujudkan visi ini?
Sumber: Kanal Youtube Sandboxxx
Artikel Diperbarui pada: 03 May 2025Kontributor: Syauqi Wiryahasana
Model: Haifa Manik Intani