
José Alberto "Pepe" Mujica Cordano, tokoh politik Uruguay yang lahir pada 20 Mei 1935, meninggalkan warisan yang kaya akan perjuangan, kebijakan progresif, dan gaya hidup sederhana. Ia menjabat sebagai Presiden Uruguay ke-40 dari tahun 2010 hingga 2015, dan dikenal dunia sebagai sosok pemimpin yang merakyat dan berprinsip. Kehidupan Mujica sarat dengan pengalaman revolusioner, perjuangan melawan rezim otoriter, dan komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Masa muda Mujica diwarnai dengan keaktifan di dunia politik. Pada pertengahan tahun 1960-an, ia bergabung dengan gerakan MLN-Tupamaros, kelompok politik bersenjata yang menganut ideologi sayap kiri. Keterlibatannya dalam gerakan ini membawanya pada serangkaian penangkapan dan penahanan selama rezim militer di Uruguay pada tahun 1970-an dan 1980-an. Mujica mengalami penyiksaan dan dipenjara selama 14 tahun, termasuk periode isolasi yang sangat berat. Pengalaman pahit ini membentuk karakternya dan memperkuat keyakinannya pada keadilan sosial.
Setelah demokrasi kembali di Uruguay pada tahun 1985, Mujica dibebaskan melalui amnesti. Ia kemudian bergabung dengan gerakan politik sayap kiri dan menjadi tokoh penting dalam pembentukan Movimiento de Participación Popular (MPP), bagian dari koalisi Frente Amplio. Kiprahnya di dunia politik terus bersinar, dimulai sebagai anggota parlemen pada tahun 1994, kemudian menjadi senator pada tahun 1999. Ia dikenal karena karismanya dan kemampuannya untuk menarik simpati dari berbagai lapisan masyarakat.
Pada tahun 2005, Mujica diangkat sebagai Menteri Peternakan, Pertanian, dan Perikanan. Ia memegang jabatan ini hingga tahun 2008 sebelum kembali ke Senat. Popularitasnya terus meningkat, dan pada tahun 2009, ia memenangkan pemilihan presiden sebagai kandidat dari Frente Amplio. Kemenangannya menjadi tonggak sejarah bagi Uruguay, menandai pengakuan atas visi politiknya yang progresif dan inklusif.
Masa kepresidenan Mujica ditandai dengan serangkaian kebijakan progresif yang mengubah lanskap sosial dan politik Uruguay. Ia melegalkan konsumsi ganja, pernikahan sesama jenis, dan aborsi. Kebijakan-kebijakan ini mencerminkan komitmennya terhadap kebebasan individu dan hak asasi manusia. Selain itu, pemerintahannya memperkuat serikat pekerja dan meningkatkan upah minimum secara signifikan, yang berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu ciri khas Mujica adalah gaya hidupnya yang sederhana dan kesediaannya untuk berbagi kekayaan. Ia dikenal sebagai "presiden termiskin di dunia" karena ia menyumbangkan sekitar 90 persen dari gajinya sebesar US$12.000 per bulan untuk amal yang mendukung masyarakat berpenghasilan rendah dan pengusaha kecil. Ia menolak tinggal di istana kepresidenan dan lebih memilih tinggal di rumah pertaniannya, mengendarai mobil Volkswagen Beetle tahun 1987. Gaya hidupnya ini mencerminkan penolakannya terhadap materialisme dan fokusnya pada nilai-nilai kemanusiaan.
Dalam pidatonya di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2013, Mujica menyerukan perubahan global, menyerukan masyarakat untuk fokus pada hubungan manusia, cinta, persahabatan, petualangan, solidaritas, dan keluarga. Ia menekankan pentingnya menjauhi ketergantungan pada ekonomi dan pasar, dan mengadvokasi dunia yang lebih adil dan berkelanjutan.
Setelah mengakhiri masa jabatannya sebagai presiden pada tahun 2015, Mujica kembali ke Senat. Ia terus aktif dalam politik dan menyuarakan pandangannya tentang berbagai isu. Pada tahun 2020, ia mengundurkan diri dari Senat karena usia dan kondisi pandemi COVID-19. Meskipun demikian, pengaruhnya sebagai tokoh politik tetap kuat.
Kehidupan Mujica adalah cerminan dari keyakinannya pada keadilan sosial, kesederhanaan, dan komitmen terhadap kemanusiaan. Ia menginspirasi banyak orang di seluruh dunia dengan gaya hidupnya yang sederhana dan pandangannya yang progresif tentang politik dan masyarakat. Warisan Mujica akan terus hidup sebagai pengingat akan pentingnya kepemimpinan yang berpihak pada rakyat dan nilai-nilai yang lebih tinggi.
Pada April 2024, Mujica mengumumkan bahwa ia didiagnosis menderita kanker esofagus, yang kemudian menyebar ke hati. Ia meninggal dunia pada 13 Mei 2025, seminggu sebelum ulang tahunnya yang ke-90. Pemakamannya dihadiri oleh banyak tokoh penting, termasuk pemimpin dari berbagai negara.
Artikel Diperbarui pada: 17 May 2025Kontributor: Syauqi Wiryahasana
Model: Haifa Manik Intani