
Dari jumlah total wisudawan tersebut, 112 wisudawan yang menyandang predikat nilai cum laude. Menurut Rektor Unsiq Mukhotob Hamzah, banyaknya wisudawan yang mendapatkan predikat tersebut merupakan indikator bahwa proses pembelajaran di kampus Unsiq selama ini berjalan dengan baik. Wisuda ke-30 yang berlangsung Selasa (29/12) di Gedung Sasana Adipura Kencana Wonosobo ini dihadiri anggota senat Unsiq dan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Abdurrahman Mas'ud, para undangan, dan keluarga mahasiswa. Sebelum Rektor Unsiq membuka secara resmi rapat terbuka senat, para wisudawan mengadakan seremoni Khatmul Qur'an atau khataman Al-Qur’an untuk memperingati haul pendiri Unsiq, simbah KH Muntaha Al-Hafidh yang wafat bertepatan dengan momentum wisuda gelombang kedua kali ini. Di pertengahan acara, Nurul Mubin, salah satu dosen tetap Unsiq menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Konfigurasi Mitos, Ideologi dan Ilmu Dalam Anyaman Kesadaran Umat Islam di Jawa." Penulis buku Islam Bumi Kayangan Dieng tersebut menyimpulkan empat hal dari materi yang disampaikannya. Pertama, konfigurasi kesadaran umat Islam di Jawa kadangkala bersifat evolutif, tetapi kadangkala bersifat zigzag dan tak beraturan. Kedua, perubahan sosial dari konfigurasi mitos, ideologi dan ilmu di kalangan umat Islam khususnya di Jawa selalu menghadirkan aktor lokal yang berperan secara partisipatif dan intens. Ketiga, konfigurasi kesadaran umat Islam dalam tiap tahapannya ditentukan oleh mobilitas sosial, bukan oleh kekuasaan politik. "Keempat, sebagai pribadi alumni Unsiq dan sekaligus sekarang sebagai dosen Unsiq saya mengimani Al-Qur'an surat al-Mujadalah ayat 11 disebutkan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang berilmu. Sebaliknya, tidak ada satupun ayat al-Qur'an yang menyebutkan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berkuasa," kata Nurul Mubin di akhir orasinya. Di akhir acara, prosesi wisuda berlanjut dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Unsiq dan Balitbang-Diklat Kemenag RI. (M. Haromain/Mahbib) Sumber: NU Online