
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah ini menuturkan, jika hanya Islam, tidak akan mampu mempersatukan perbedaan di Indonesia. Menurutnya, nasional harus disinergikan dengan keislaman sehingga beda tapi sama, sama tapi beda.
Kiai kharismatik yang kini telah berusia 88 tahun ini juga memberikan penegasan bahwa agama mengajarkan, dalam perbedaan ada titik-titik kebersamaan. Semua agama mengajarkan kebaikan, sebab agama ada empat titik persamaan.
“Pertama menjaga jiwa. Jiwa itu ruh yang menjadi kehidupan. Semua agama melarang mendzolimi orang lain, apalagi membunuh,” ujar Mbah Maimoen.
Kedua, lanjutnya, adalah akal. Semua agama menjunjung akal. Sebab manusia dimuliakan oleh Allah SWT karena mempunyai akal. Tidak ada agama tanpa pendidikan.
Ketiga, keturunan. Pernikahan itu bukan Islam saja. “Semua penganut agama menikah dengan ajaran agamanya masing-masing sehingga anaknya menjadi keturunan yang sah,” jelasnya.
Keempat, tandasnya, manusia harus menjaga bahwa dirinya merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling mulia. Berangkat dari poin ini, Mbah Maimoen memberikan pesan bahwa manusia jangan menghinakan diri dan agamanya dengan perilaku buruk dan tidak menghargai perbedaan. Karena hal itu hanya akan meruntuhkan persatuan.
Sumber: NU Online