Waykanan,
PC GP Ansor Waykanan di Lampung bekerja sama dengan Yayasan Shuffah Blambangan Umpu berupaya menumbuhkan kemandirian bagi sejumlah anak yatim piatu di daerah itu dengan memberikan bantuan barang untuk diniagakan.
Ketua PC GP Ansor Waykanan Gatot Arifianto di Blambangan Umpu, Jumat (16/10) menjelaskan bantuan kemandirian berhasil dihimpun saat ini sejumlah Rp1.100.000. Sumbernya sisa tabungan Qurma (Qurban Jama-Jama) Yayasan Shuffah Blambangan Umpu dan bantuan dari Kepala Bidang Litbang dan Statistik Bappeda Kabupaten Waykanan Heni Yusnita.
"Bantuan kemandirian saat ini akan dibagi dua, satu untuk anak yatim di Kecamatan Kasui, satunya kemungkinan akan disalurkan bagi satu anak yatim di Kecamatan Banjit. Semoga menjadi awal baik dan berkesinambungan," ujar alumni Kursus Banser Pimpinan (Susbanpim) Angkatan II PP GP Ansor itu menjelaskan.
Menurut dia, bantuan barang senilai Rp550 ribu bagi anak yatim di Kasui akan diserahkan pada Ahad 18 Oktober 2015, bersamaan dengan kegiatan Zikir Sholawat memperingati Tahun Baru Islam 1437 Hijriyah yang berlangsung di Masjid Al Muhajirin, Kampung Talang Mangga bersama Hadroh Anna Syidussyafa.
"Kami telah meminta bantuan Ketua PCNU Waykanan KH Nur Huda untuk mencarikan anak yatim di daerah Kasui yang mulai bisa diajari mandiri dan natinya didampingi," papar alumni Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU) itu lagi.
Penyerahan di depan publik, demikian Gatot melanjutkan, penting dilakukan bukan untuk pamer namun mengajak masyarakat berpikir logis. "Bahwa pemanjaan terhadap anak-anak tidak akan pernah menghasilkan kemampuan atau keberdayaan pada mereka," kata dia menegaskan.
Ia lalu melanjutkan, pepatah China mengajarkan: "Berikan kepadaku seekor ikan dan aku makan selama satu hari. Ajari aku memancing dan saya akan makan seumur hidupku." Karena itu, demikian Gatot menegaskan, apa yang dilakukan pihaknya merujuk pada aforisma tersebut.
"Bagaimana mungkin kita bisa memberikan anak-anak tanggung jawab jika tanggung jawab tersebut selalu dan selalu kita rebut?" ujar Alumni Civic Education For Future Indonesian Leaders (CEFIL) itu lagi.
Gerakan Pemuda Ansor selaku pemuda Nahdlatul Ulama (NU) merasa berkepentingan untuk membuat suatu perubahan dan perbaikan kendati sedikit. "Kami akan bergerak dan bergerak untuk hal-hal semacam tersebut. Anak-anak harus mengerti proses, batu menjadi mahal karena digerinda lalu diasah. Besi menjadi pedang tajam karena ditempa, dipalu berkali-kali dan diasah. Hidup bukan sinetron, anak miskin ternyata anak orang kaya yang dibuang lalu ditemukan keluarganya kemudian dapat warisan," demikian Gatot Arifianto. (Syuhud Tsaqafi/Mukafi Niam)
Sumber: NU Online