
"Setiap haul (Mbah Wahab) memang selalu ada hadrah Ishari, begitu pula dengan dalam pengitan ke-44 sekarang, ada sebanyak 3000 yang kita undang. Karena beliau memang gemar dengan seni hadrah," tutur KH Hasib Wahab, salah satu putra pendiri NU ini. Gus Hasib, begitu ia biasa dipanggil, menambahkan Ishari didirikan oleh Mbah Wahab untuk mengakomodasi kesenian umat muslim, yakni hadrah dari beberapa daerah di antaranya Bangil dan Pasuruan. Ia menceritakan bahwa semasa hidup, Kiai Wahab sangat senang hadrah. "Bahkan kalau sedang tidak ada kegiatan, tangan beliau terlihat memukul-mukul tangan, seperti isyarat memukul terbang hadrah, sambil melagukan bacaan shalawat," tandasnya bercerita. Hadrah Ishari merupakan seni dengan bacaan shalawat, lagu, gerakan roddat, pukulan rebana, dan bunyian keplok tangan. Seni hadrah ini terlihat sangat indah ditampilkan bersama ribuan jamaahnya yang lengkap memakai seragam. Sedangkan beberapa orang bertugas memukul alat musik bernama “terbang” di atas panggung. Dalam catatan sejarah, jam'iyyah yang awalnya bernama seni hadrah ini resmi berganti nama menjadi Ishari yaitu pada tanggal 15 Rajab 1378 H / 23 Januari 1959. Atas perintah Rais Aam PBNU KH Abdul Wahab Hasbullah, pada Tahun 1961 Ishari diputuskan menjadi salah satu badan otonom di organisasi NU. Gus Hasib menambahkan, bahwa kesenian hadrah yang tergabung dalam Ishari didirikan salah satunya untuk menandingi kesenian PKI, Lekra waktu itu. "Mbah Wahab kemudian menyampaikan ke Presiden Soekarno, dan presiden setuju, akhirnya hadrah itu diberi nama Ishari ini," pungkas KH Hasib Wahab yang kini masuk salah satu Ketua PBNU hasil Muktamar Ke-33 NU Jombang. (Muslim Abdurrahman/Mahbib)
Sumber: NU Online