Pengurus MWCNU Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah Ali Masykur mengatakan, warga NU selain dituntut untuk menjaga tradisi semisal tahlil, manaqib, ziarah kubur, muludan, juga harus menjaga tradisi keilmuan yang mumpuni.

“Tradisi-tradisi NU harus tetap dimasyarakatkan tanpa perlu memikirkan orang lain mengolok-olok amaliah kita. Hal ini juga perlu diperkuat dengan keilmuan yang mumpuni agar warga kita tidak dicolong (dicuri, red) kelompok lain,” katanya saat pada peringatan Maulid Nabi dan Pelantikan Pengurus NU Ranting Langon di balai desa Langon, Sabtu (9/1) malam. Senada dengan Ali, Masju, pengurus NU Ranting Langon menyatakan, amaliah NU yakni pembacaan kisah Maulid Nabi yang dilaksanakan malam Senin di mushalla dan masjid merupakan upaya menjaga tradisi yang pernah dirintis ulama terdahulu. Santoso Petinggi Desa Langon menambahkan warga NU memang memiliki tugas untuk meneruskan perjuangan Aswaja. Namu harus juga turut serta dalam pembangunan desa. “Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan NU harus turut serta dalam perencanaan pembangunan desa agar sesuai dengan harapan masyarakat,” paparnya. KH Hayatun Abdullah Hadziq, Ketua PCNU Jepara menuturkan setiap penyelenggaraan pengajian baik atas nama NU maupun jamaah diimbau konfirmasi kepada pengurus NU. “Saya intruksikan agar pengajian-pengajian yang diselenggarakan masyarakat diinformasikan kepada NU mulai ranting hingga cabang sehingga pengajian diselenggarakan tidak terkesan “liar” dan bisa dihadiri pengurus NU,” tegasnya Kiai Hayatun. Dengan tertib administrasi, pengasuh pesantren Hadziqiyah Jepara ini meyakini warga NU susah untuk digiring ke sana ke mari. “Jika pengajian kita sudah tertib aliran katok cingkrang susah menyusupi warga kita,” pungkas mantan politisi PKB ini. (Syaiful Mustaqim/Abdullah Alawi) Sumber: NU Online