Surabaya, NU Online
Di sela pelaksanaan Kongres XV Fatayat, Ketua Umum PP Fatayat NU Hj Ida Fauziyah menuturkan kesan-kesannya selama memimpin organisasi perempuan muda Nahdlatul Ulama, Sabtu (19/9) malam. Bagi Ida, Fatayat di mana-mana mengesankan.
“Saya sangat senang ketika menghadiri pelantikan PCI (Pimpinan Cabang Istimewa) Fatayat Taiwan. Luar biasa. Ya, mereka itu melakukan amaliyah Nahdliyah luar biasa sekali meskipun di luar negeri,” ujar Ida kepada NU Online usai seminar dengan Menpora dan Menristekdikti.
Menurut dia, susunan dan tertib acara kegiatannya mirip sekali di Indonesia. “Ada pembacaan ayat suci Al-Quran, lagu Indonesia Raya, shalawat Badar, Mars Fatayat. Lengkap pokoknya. Saya membayangkan sedang tidak di luar negeri. Ya seperti di Jawa Timur aja. Nggak berasa di Taiwan,” ujarnya bangga.
Ida Fauziyah menambahkan, dirinya sangat bahagia ketika kegiatan Fatayat Taiwan bisa online juga. “Jadi, memberikan motivasi kepada mereka by phone aja. Pengajian pakai online pakai jaringan telepon yang mereka bangun. Kecanggihan teknologi harus dimanfaatkan. Bisa mendekatkan jarak,” tuturnya.
Ditanya tentang movitasi dan semangat warga Fatayat beroganisasi, anggota DPR RI ini mengatakan, ternyata mereka berfatayat itu karena selain faktor keturunan juga panggilan jiwa. “Pertama, karena turunan. Bapaknya NU, ibunya Muslimat. Kedua panggilan jiwa,” kata Ida.
Setelah terinternalisasi nilai-nilai Aswaja, lanjutnya, semangat berjihad melalui organisasi Fatayat NU makin besar. “Sejak remaja mungkin mereka sudah masuk IPPNU juga. Setelah masuk usia produktif, 20-25 tahun, ia lalu masuk Fatayat,” tandasnya.
Disinggung soal pembatasan umur di Fatayat, Ida Fauziyah menyitir hasil muktamar NU bahwa Fatayat dibatasi sampai 40 tahun. Bagi dia, tidak ada persoalan ketika koordinasi masing-masing badan otonom (banom) tetap terjaga.
“Asal ada koordinasi dan sistematisasi kaderisasi antarbanom di lingkungan NU. Mereka yang di IPPNU, setelah selesai lalu lanjut ke Fatayat. Tidak berhenti di situ lalu terus ke Muslimat. Jadi, nggak ada masalah dibatasi atau tidak,” paparnya.
Persoalannya, tambah Ida, ketika sudah dibatasi justru pengkaderan malah mandeg. “Saya rasa itu tidak boleh terjadi. Banyak juga perdebatan soal umur. Karena sosialisasi hasil muktamar kan baru-baru ini. Kawan-kawan khawatir setelah ini bisa nggak berkhidmat di Muslimat. Akhirnya stagnan. Nah, ini bisa dimanfaatkan organisasi lain,” tandasnya. (Musthofa Asrori/Mahbib)
Sumber: NU Online