Suasana perhelatan akbar Nahdlatul Ulama yang digelar pada 1-5 Agustus 2015 mendatang di Jombang, Jawa Timur semakin terasa, mulai dari tingkat PBNU hingga ke cabang-cabang. Apalagi pada Muktamar ke-33 NU ini makin seru dengan dimunculkan wacana pemilihan Rais Aam PBNU dengan pilihan penerapan Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA) oleh dewan kiai khos.

"Siapa pun yang bakal terpilih memimpin organisasi masyarakat (ormas) terbesar di negeri ini haruslah pula memahami kondisi bangsa Indonesia saat ini. Yang pasti pemimpin NU ke depan memang ulama, sudah berkiprah di Nahdlatul Ulama," kata Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Tanahdatar, Propinsi Sumatera Barat, H.Ihsan A. Tuanku Bagindo, kepada NU Online di Tanahdatar, Selasa (23/6).
Menurut Ihsan, setidaknya ada tiga hal mendasar yang perlu mendapat perhatian serius pengurus PBNU ke depan. Yakni, terkait narkoba, prilaku asusila, dan radikalisme. Ketiganya menjadi ancaman serius dan kronis di tengah kehidupan masyarakat saat ini.
"Pertama narkoba, Indonesia yang memiliki penduduk sekitar 250 juta jiwa merupakan sasaran empuk bagi peredaran narkoba. Mafia narkoba internasional sengaja mengedarkan narkoba sehingga semakin banyak anak-anak muda, orang dewasa bahkan anak-anak kecanduan narkoba. Jika mereka sudah kecanduan, maka hancur sudah masa depannya," kata Ihsan menambahkan.
Kedua, maraknya kasus-kasus asusila di tengah kehidupan masyarakat. Perkosaan, kumpul kebo, hubungan seks pranikah dan di luar nikah, pengguguran kandungan. Saat ini kasus-kasus perkosaan tidak saja terjadi di kota-kota, justru sudah merambah masuk kampung ke luar kampung. Korban-korban perkosaan oleh lelaki tidak bertanggung jawab terus berjatuhan.
Ketiga, muncul paham keagamaan radikal. Paham ini menimbulkan ketakutan bagi masyarakat. Baik ketakutan akan berkembangnya paham tersebut, maupun ketakutan jangan-jangan anggota keluarganya bakal tertarik dengan paham radikal teersebut.
Ketiganya, kata Ihsan, sekarang tidak hanya mentargetkan kepada masyarakat umum. Tapi yang lebih menyedihkan dan perlu sangat diwaspadai adalah yang ditujukan kepda kalangan pelajar, SMA, SMP bahkan di tingkat SD. Narkoba mulai diedarkan ke siswa di tingkat SD. Begitu pula dengan kasus asusila, semakin sering pelajar terlibat, baik sebagai pelaku maupun korban. Sedangkan paham radikalisme yang menjadi strategi baru dalam merekrut tenaga-tenaga muda adalah dengan penayangan aktivis dan paham radikalisme melalui media internet. Dengan internet ini, paham radikal masuk ke rumah-rumah (kamar-kamar) tanpa ada yang dapat mensensornya. Kecuali diri sendiri dan menari pertandingannya.
Sedangkan program PBNU sejak empat tahun belakang terkait dengan pendirian Universitas Nadhlatul Ulama (UNU) patut dipuji. Bagi pengurus baru masa khidmat 2015-2020 harus lebih ditingkatkan keseluruh wilayah Nusantara ini, baik di sisi jumlah, kualitas maupun sarana prasana. Sehingga kehadirian UNU benar-benar mampu membendung paham keagamaan yang cenderung radikal, kata Ihsan menambahkan. (Armaidi Tanjung/Abdullah Alawi) Sumber: NU Online