
Bandar Lampung, Maraknya pelecehan seksual terhadap anak dan perempuan dewasa ini semakin meresahkan warga. Kasus-kasus pelecehan seksual seolah-olah silih berganti dari hari ke hari. Mulai dari kasus Yuyun di Bengkulu, kekerasan seksual di Lampung Timur, serta terbaru ini yang sempat mencengangkan yaitu kasus di Tangerang, dimana seorang wanita muda diperkosa dan dibunuh dengan cara yang amat keji. Kondisi ini pula yang membuat para aktivis Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Lampung (Unila) tergugah. Selasa (17/5), mereka menggelar diskusi dengan membahas pelecehan seksual yang semakin marak tersebut, di Bandar Lampung, Lampung. Dengan menghadirkan pemantik diskusi, yaitu akademisi Fakultas Hukum Unila, M. Iwan Satriawan, diskusi ini membahas berbagai penyebab terjadinya tindak kasus pelecehan seksual. Menurut Iwan, akar terjadinya kasus pelecehan seksual ini ada tiga yang paling utama. Pertama, dari aspek keluarga dan lingkungan. Keluarga dan lingkungan merupakan tempat sosialisasi pertama yang diterima oleh anak sejak lahir. Keluarga dan lingkungan saat ini lebih cenderung apatis terhadap kehidupan anaknya. Saat ini, tegasnya, bahwa pola pikir mayoritas keluarga bahwa jika sudah memenuhi kebutuhan jasmani maka sudah terpenuhi kewajiban orang tua, padahal kebutuhan ruhani tidak kalah penting sebagai pencipta akhlak yang budiman. Aspek pendidikan menjadi penyebab kedua, menurut Iwan Satriawan. Pendidikan saat ini, katanya, lebih berorientasi pada aspek kognitif saja, hasil dari pendidikan hanya dilihat dari nilai yang berbentu angka. Padahal, aspek sikap dan kepribadian sangat diperlukan untuk membentuk karakter yang mulia. Ketiga, yaitu dari Pemerintah. Ketidaktegasan Pemerintah dalam menangani berbagai kasus membuat pelaku-pelaku tindak pelecehan seksual tidak mengalami efek jera. Ketidaktegasan ini dapat dilihat dari belum disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual oleh Pemerintah, yang RUU itu diusulkan oleh Komnas Perempuan kepada DPR RI. Menindaklanjuti diskusi tersebut, Kharisma Afif Muaddin selaku ketua pelaksana merencanakan untuk menggelar Istighotsah di Tugu Adipura pada Kamis (19/5) malam. “InsyaAllah kita akan melakukan istighotsah dan doa bersama di Tugu Adipura sebagai bentuk keprihatinan atas kasus-kasus pelecehan seksual,” ujar Kharisma. (Red: Mahbib) Sumber: NU Online