
Ketiga tokoh yang menerima KH Wahab Hasbullah Award adalah Choirul Anam, sejarawan asal Suarabaya yang banyak menulis buku tentang NU. "Dipilihnya Cak Anam (sapaan Choirul Anam), karena beliau merupakan sejarawan yang banyak menulis sejarah NU dan mengungkap kiprah dan sepak terjang KH Wahab Hasbullah dalam pejuangannnya menggerakkan NU dan juga kiprahnya mewujudkan kemerdaan," ujar KH Hasib Abd Wahab, salah satu putra pendiri NU dan pahlawan nasional ini. Tokoh lain yang juga menerima KH Wahab Award adalah Dr H As'Ad Said Ali, mantan Wakil Ketua Umum PBNU. Menurut Gus Hasib, demikian biasa dipanggil, As’ad berjasa ikut mendorong gelar kepahlawanan KH Wahab Hasbullah. “Beliau salah satu pengurus PBNU waktu itu yang aktif mendorong gelar pahlawan nasional diberikan kepada KH Wahab Hasbullah," tuturnya. Di samping itu, As'ad Ali dalam berbagai kegiatan NU dinilai sangat intensif meneruskan perjuangan dan pemkiran KH Wahab Hasbullah. Termasuk sikap tegas mantan Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini untuk terus aktif memerangi terorisme telah diakui banyak kalangan. "Seperti kegiatan pengkaderan di NU, gerakan ekonomi dan diplomasi sebagaimana yang dilakukan Mbah Wahab dulu dilakukan Pak As'ad Ali ini," imbuhnya. Selain kedua tokoh itu, keluarga Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, juga mendapatkan KH Wahab Award. Hadir pada Haul ke-44 KH Wahab Hasbullah, Sekjen Kementrian Agama, Prof Nur Syam, dan juga Wakil Sekretaris Jendral PBNU, Ahmad Mun'im Dz yang juga dikenal banyak menulis buku ke-NU-an. "Dengan melihat kiprah KH Wahab yang masih belum banyak terungkap, tampaknya perlu didirikan Akademi KH Wahab Hasbullah untuk menggali ilmu dan strategi ulama nasionalis ini, seperti diplomasi Cancut Tali wondo yang dijalankan saat pembebasan Irian barat,” ujar Mun'im. Pada puncak Haul ke-44 KH Wahab Hasbullah juga di diluncurkan buku tentang "Hidup dan Perjuangan KH Wahab Hasbullah," karya Choirul Anam. Buku setebal 412 halaman itu banyak menceritakan sosok ulama nasionalisme yang sangat cinta terhadap Bangsa Indonesia. Dan tidak pernah berhenti menggerakkan roda Jamiyah NU serta kiprahnya sebagai arsitektur perang melawan penjajah Belanda dengan pasukan Hisbullah dalam memujudkan Kemerdakaan NKRI. (Muslim Abdurrahman/Mahbib) Sumber: NU Online