PWNU Jateng Ingatkan PKB Jateng
Semarang - Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah Muhammad Adnan mengingatkan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk tidak meninggalkan NU karena ada hubungan ideologis, historis, dan aspiratif antara keduanya.
"Tidak dapat dimungkiri bahwa kelahiran PKB dimotori oleh orang-orang NU. Jadi, jangan sampai PKB meninggalkan NU," kata Adnan dalam diskusi bertema "NU, PKB, dan Masa Depan Bangsa" di Pondok Pesantren Al Ishlah, Mangkang Kulon, Semarang, Kamis.
Diskusi yang menghadirkan Ketua Katib Syuriah NU Jateng KH Ubaidillah Sodaqoh dan Dr H Abu Hapsin Umar sebagai pembicara ini diselenggarakan untuk mengingatkan hubungan historis NU dan PKB.
Diskusi atau "halaqoh" ini juga untuk mempertegas sikap dasar NU dan PKB sehingga tak disalahtafsirkan dan membuat posisi kiai tak melampaui tugasnya sebagai pemimpin umat.
Adnan menyebutkan PKB dan NU dibalut tiga hubungan, yaitu hubungan ideologis diantgaranya bahwa keduanya bersumber dari ajaran Islam, khususnya "ahlussunnah wal jamaah".
Lalu, hubungan historis karena PKB didirikan para tokoh NU, sedangkan yang ketiga adalah hubungan aspiratif karena PKB adalah salah satu saluran untuk menyampaikan aspirasi.
"NU tidak bergerak dalam wilayah politik praktis dan hanya bergerak dalam wilayah aspiratif. Oleh karena itu, hubungan tersebut terjadi antarwarga NU secara individual," kata Adnan seraya menyebutkan bahwa di lapangan hubungan PKB dan ulama-ulama NU itu terjalin sangat baik.
Selain Adnan, beberapa kiai yang hadir di diskusi ini mengemukakan sikapnya terhadap hubungan NU dan PKB, salah satunya KH Ahmad Sa'id Asrori asal Magelang yang menyebut kemesraan NU-PKB di Jateng tidak lepas dari peran pemimpin keduanya.
Sementara KH Chambali Utsman dari Tegal mengingatkan bahwa posisi NU berada pada garis Khittah 1926.
Menurutnya, NU itu bagai orang tua untuk PKB sehingga wajib membina dan membantu perjuangan PKB. Dia berharap PKB tidak mendurhakai "orang tuanya" ini.
Sumber: Antara