Skip to content

emka.web.id

Menu
  • Home
  • Indeks Artikel
  • Tutorial
  • Tentang Kami
Menu

Begini Cara Ekspedisi Islam Nusantara Disambut di Ragam Tempat

Posted on May 16, 2016 by Syauqi Wiryahasana

Palembang, Beda tempat, lain penyambutan. Begitulah nasib penerimaan Ekspedisi Islam Nusantara ketika tiba di suatu daerah. Setiap penerimaan punya cara, cerita, dan kesan sendiri-sendiri. Di Lamongan misalnya, tim ekspedisi diarak oleh warga NU kemana pun pergi. Di Lumajang, disambut drum band dan ribuan santri. Di Mojokerto disambut pencak silat.   Ketika di pulau Sumatera, hampir di setiap daerah, ekspedisi Islam Nusantara selalu disambut tari persembahan. Nama dan maksudnya sama, tapi busana dan gerakannya berbeda-beda. Waktu penyambutan pun tergantung kesiapan daerah, ada yang di awal, di tengah, bahkan di akhir. Tapi tetap tari persembahan, tari penghormatan atas tamu. Dan tim ekspedisi selalu merasakan ada kehangatan dalam penyambutan-penyambutan tersebut. Khususnya dari PCNU atau PWNU. Di Medan, misalnya, Ketua PWNU-nya H Afifuddin Lubis langsung menyambut seperti orang tua menerima anaknya yang talah lama tidak ketemu. Pria yang pernah menjadi Wali Kota Medan tersebut langsung akrab dengan anggota ekspedisi ketika pertama kali bertemu di sebuah warung makan merangkap kedai. Namun, sepertinya dia merasa tidak sempurna hanya akrab dengan beberapa orang. Ia pun langsung berdiri, menyampaikan sambutan, memperkenalkan diri. Intinya adalah ketika berada di kota Medan, menjadi tanggung jawabnya. Senin pagi (16/5) sekitar pukul 09.00 Ekspedisi Islam Nusantara tiba di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Kami diterima Pemerintah Kota Palembang di tepi sungai Musi sekitar pukul 10.03. kemudian langsung kami dipersilakan menaiki sebuah kapal pesiar milik Pemkot. Dan, ketika duduk di kursi-kursi yang telah ditata rapi, kami langsung disugihi “Kau Bukan Dirimu” miliknya Dwi Yull yang dinyanyikan salah seorang pegawai Pemkot. Kemudian “Kenapa Tiada Maaf” milik Yuni Shara. Setelah lagu ketiga, kapal yang berkapasitas 120 orang ini mulai bergoyang, bergerak ke hilir dengan perlahan sambil mendengarkan sejarah panjang kota Palembang dan keislamannya dari seorang pakar sejarah IAIN Raden Fatah Palembang, Abdul Azim Azhari. Musi sungai sepanjang 750 km, merupakan terpanjang di Sumatera. Sungai ini membelah Kota Palembang dengan Jembatan Ampera sebagai ikon penghubungnya. Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga sekarang, sungai ini terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi masyarakat. (Abdullah Alawi) Sumber: NU Online
Seedbacklink

Recent Posts

TENTANG EMKA.WEB>ID

EMKA.WEB.ID adalah blog seputar teknologi informasi, edukasi dan ke-NU-an yang hadir sejak tahun 2011. Kontak: kontak@emka.web.id.

©2024 emka.web.id Proudly powered by wpStatically