Partai Koalisi Terancam Konflik, Segera
Jakarta - Partai Golkar, PKS, PPP, dan PKB tak lama lagi diprediksikan mengalami gejolak internal. Muaranya reshuffle kabinet yang berdampak cenderung merusak internal partai koalisi. Jika hal ini tak disadari partai koalisi, Pemilu 2014 bakal membuat mereka kedodoran.
Tak lama lagi publik akan mendapat suguhan konflik internal yang terjadi di sejumlah partai koalisi meski tensi masing-masing partai politik berbeda satu dengan lainnya. Hal ini terpantik proses reshuffle yang telah megaduk-aduk emosi para elit partai di koalisi. Reshuffle justru membawa bencana partai koalisi.
Seperti di Partai Golkar. Terpentalnya Fadel Muhammad dari kursi Menteri Kelautan dan Perikanan jelas memiliki dampak yang tidak sederhana. Apalagi jika menyimak detik-detik terakhir pengumuman reshuffle kabinet, Fadel Muhammad masih melakukan manuver dengan berupaya menemui langsung Presiden SBY. Fadel pun merasa terzalimi dalam proses reshuflle ini. "Sebagai orang Islam saya dizalimi," akunya sebelum pelantikan menteri dan wamen di Istana Negara, Jakarta, Rabu (19/10/2011).
Namun Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso menampik pencopotan Fadel Muhammad dari kabinet menimbulkan friksi di internal partai beringin tersebut. "Saya ingin sampaikan bahwa tidak ada friksi di internal Golkar. Ada perbedaan wajar saja, tapi kalau friksi tidak ada," bantah Priyo di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (19/10/2011).
Begitu juga di PPP. Terpilihnya Djan Faridz sebagai Menteri Perumahan Rakyat menggantikan Suharso Manoarfa memancing kericuhan di internal partai berlambang kabah itu. Betapa tidak, nama Ketua PWNU DKI Jakarta itu menyodok tanpa melalui rapat pleno partai.
"Nama Djan Fardiz muncul setelah Sudi Silalahi meminta tambahan nama. Ketua Umum PPP menyerahkan nama itu tanpa melalui rapat di internal," ujar sumber di internal Fraksi PPP di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (19/10/2011).
Sebagaimana dimaklumi, dalam rapat internal PPP Jumat (14/10/2011) lalu, DPP PPP menyerahkan tiga nama ke Presiden SBY sebagai kandidat pengganti Suharso Manoarfa yakni Hasrul Azwar, Muhammad Romahurmuziy dan Irgan Choirul Mahfiz. Namun, Istana tak tertarik memilih tiga nama tersebut. "Karena mereka dianggap kritis ke Presiden SBY. Seperti Romi dianggap terlalu "genit"," ucap sumber tersebut.
Nah, terkait dengan terpilihnya Djan Faridz dinilai tidak mewakili kader partai dalam kategori ‘berkeringat’. Nama Djan memang pernah tercatat sebagai anggota Majelis Pakar PPP periode Hamzah Haz dan Suryadharma Ali.
Apalagi, Djan dianggap mewakili unsur NU di PPP melengkapi posisi Suryadharma Ali di kabinet yang juga berasal dari NU. Jika taat pakem, pengganti Suharso seharusnya diambil dari kalangan Parmusi juga. "Kalangan Parmusi sangat kecewa dengan pilihan Presiden SBY. Meski kami belum tentukan sikap," ucap tokoh Parmusi di PPP yang juga petinggi Fraksi PPP DPR RI.
Dinamika lainnya juga mengemuka di PKB. Meski terlihat seperti adem ayem, di partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu juga terjadi gejolak akibat agenda reshuffle ini. Sumber di internal PKB, Senin (17/10/2011) kemarin, sejumlah pimpinan wilayah PKB se-Indonesia mendatangi Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di kantor Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
"Mereka meminta agar Menteri PDT Helmy Faishal Zaini dicopot dari menteri. Mereka beralasan, Helmy tidak memiliki kontribusi di partai," ucap sumber tersebut sembari menyodorkan percakapan via pesan pendek dengan sejumlah pimpinan PKB Wilayah itu.
Selain menyoal keberadaan Helmy Faishal Zaini di kabinet, dalam soal reshuffle ini, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar tak pernah melakukan koordinasi dengan elit PKB lainnya seperti halnya partai koalisi lainnya. Keluhan tersebut muncul dari sejumlah orang yang selama ini dikenal sebagai inner circle Muhaimin. "Reshuffle gelap. Ketum tidak pernah mengajak kita bicara. Sekjen (Imam Nahrowi) saja tidak diajak bicara," ucap petinggi PKB mengeluhkan sikap Muhaimin Iskandar itu.
Di antara partai koalisi yang paling tinggi tensi politiknya terjadi di PKS. Perbedaan pandangan antara kelompok muda-progresif yang diwakili oleh Anis Matta Cs dengan kelompak tua-konservatif yang merepresentasikan Tifatul Sembiring Cs mewarnai proses reshuffle kabinet.
Apalagi, pencopotan Suharna dari Menristek memantik perseteruan dua kelompok ini. Karena pencopotan ini sebagai bentuk punishment Presiden SBY atas sikap Anis Matta yang dianggap kritis terhadap pemerintahan SBY. "Pencopotan Suharna dikarenakan PKS tidak menuruti permintaan Presiden SBY agar PKS menegur Anis Matta dan Fahri Hamzah diumumkan ke publik," ucap orang dekat Fahri Hamzah di parlemen.
Bibit konflik yang melanda di partai peserta koalisi ini semestinya direspons secara hati-hati. Sikap politik partai koalisi pascareshuffle ini menjadi cukup penting bagi masa depan masing-masing partai. Jika salah bersikap, Pemilu 2014 mendatang hanya akan menjadi partai subordinat partai penguasa saat ini. Indikasinya sudah mulai tampak.
Sumber: Inilah,com