Semoga bukan survey pesanan, jadi memang bisa menggambarkan konsolidasi ulang dan islah bertahap yang dibangunSumber: DPP PKB
PKB Tempati Posisi 4 di Survey Trust Indonesia
Jakarta - Kerja keras seluruh elemen partai mulai membuahkan hasil. Survei Lembaga Trust Indonesia menunjukan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berhasil meraih posisi keempat dengan perolehan suara sebesar 6,2 persen.
Direktur Trust Indonesia, Zudan Rosyidi, menyatakan, meningkatnya perolehan suara PKB disebabkan kembalinya banyak kiai besar, terutama di wilayah Jawa ke pangkuan partai berlambang bintang sembilan itu.
"Kembalinya sejumlah kiai atau tokoh kharismatik yang akhir-akhir ini mengimbau masyarakat untuk kembali ke PKB itu juga berperan kepada responden," jelasnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (7/8/2012).
Berdasarkan hasil survei dari Trust Indonesia, Partai Golkar berada di posisi pertama dengan raihan 13,5 persen suara, kemudian Demokrat 11,6 persen, PDIP 9,7 persen, PKB 6,2 persen, Gerindra 5,2 persen, PKS 4,1 persen, Nasdem 4,9 persen, PPP 3,4 persen, PAN, 3,2 persen, Hanura 1,7 persen, PKNU 1,5 persen, partai lain 2,2 persen, serta belum menentukan pilihan sebesar 33 persen.
Survei dilaksanakan pada 8 Juli-22 Juli 2012 di 33 provinsi, yang terwakili dalam 200 sampel desa. Sampel desa ini dipilih secara acak dengan menggunakan metode multistage random sampling dan margin of error sebesar 2,5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Jumlah responden yang diambil sebanyak 1.996 orang.
Survei ini dilakukan dengan melihat kondisi perpolitikan di Indonesia yang bergerak sangat dinamis. Dinamika itu terletak pada peta perpolitikan yang berubah dari masa ke masa dan perkembangan isu-isu publik yang mengemuka.
Dukungan masyarakat pada satu partai di masa tertentu bisa berubah pada masa berikutnya dengan cepat. belum ada sebuah kajian akademik yang mendalam dan serius yang mencoba menjelaskan fenomena ini.
Massa tidak lagi terkonsentrasi pada politik aliran yang dulu dapat dijadikan pegangan dalam melihat peta perpolitikan. Atau mungkin seperti gambaran politik yang diberikan Geertz yang dilukiskannya dalam Balinese Cook Fight.
Rentan waktu antara pemilu 1999 hingga 2012 terisi dengan beragam kejadian yang mengiringi perpolitikan Indonesia. Korupsi, konflik internal partai, skandal publik anggota DPR, keberhasilan program partai, hingga munculnya figur kuat di satu partai, telah menjadi varian faktor pendorong bagi masyarakat untuk setia dengan partai sebelumnya atau merubah pilihannya.
Jika merangkum hasil pemilu terdahulu dapat digambarkan bahwa dari tahun 1999 hingga 2009 terjadi perubahan perolehan suara partai yang cukup signifikan. Perubahan itu terutama terjadi pada tingkat dukungan masyarakat pada lima parpol dominan. Jika pada tahun 1999, posisi lima partai dominan diisi oleh PDIP, Golkar, PKB, PPP, dan PAN, maka pada 2009 posisi itu sudah berubah.
Kedatangan Partai Demokrat, dengan Susilo Bambang Yudoyono, sebagai simbolnya mampu menumbangkan partai yang telah lama ada. Pada Pemilu 2009, Partai Demokrat menempati nomor satu dalam konstelasi partai dominan, dan kemudian disusul dengan Golkar, PDIP, PKS, PKB dan PAN.
Pada saat yang bersamaan, dinamika isu-isu nasional juga silih berganti mewarnai fakta mediatik nasional. Salah satu living issues tersebut adalah persoalan korupsi. Korupsi sebagaimana diketahui, menimpa banyak tokoh politik Indonesia, baik yang duduk di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Dinamika isu-isu publik ini sedikit banyak mempengaruhi persepsi publik dan dengan demikian, dalam derajat tertentu, mempengaruhi perilaku pemilih.