PMII Seharusnya Kembali ke NU
Jombang, NU Online
Pisahnya PMII dari NU dikarenakan kepentingan-kepentingan sesaat yang terjadi ketika NU aktif menjadi partai politik. Pilihan untuk pisah atau independen dan kemudian menjadi inter-dependen dengan NU, mengakibatkan PMII tidak lagi memiliki hubungan dengan NU secara struktural organisasi. Hubungannya hanya bersifat moral, tidak ada bedanya dengan organisasi-organisasi lain yang kebetulan memiliki latar pemahaman keagamaan yang sama dengan NU.
Dari sini bisa dipahami jika kemudian dalam perjalanannya PMII memilih jalan pemahaman dan gerakan yang kurang ’agamis’ menurut NU dan, NU tidak bisa berbuat banyak untuk mengingatkan. Hal ini karena PMII berbeda organsiasi dengan NU dan tidak berada dalam garis struktural NU.
Karena itu ke depan, PMII akan berupaya untuk mengubah tampilan organisasinya menjadi lebih ’agamis’ dibanding dengan tampilan organisasi yang selama ini digunakan. Artinya PMII akan berupaya kembali kepada garis perjuangan dengan menyebarkan Aswaja Annahdliyah di kampus-kampus, serta yang kedua akan selalu mendekat ke ulama atau kiai-kiai NU baik di tingkat cabang maupun pusat.
Itulah isi pembicaraan yang bisa direkam dalam diksusi dan silaturrahmi antara Pengurus cabang, Pengurus Besar PMII, Alumni PMII dan Rais Syuriyah PCNU Jombang, KH Abd Nashir Fattah pada Rabu (09/06) malam di rumahnya.
Dalam pertemuan yang dihadiri 20-an orang tersebut, Kiai Nashir mengatakan bahwa keputusan pisahnya PMII dari NU itu dikarenakan kepentingan-kepentingan sesaat. ”Kepentingan-kepentingan sesaat ini terjadi mulai dari bawah sampai atas,” tambah Kiai pengasuh PP Bahrul Ulum Tambakberas tersebut.
Sedangkan ketika Didik, Ketua PC PMII Jombang menanyakan kepada Kiai Nashir, bagaimana jika PMII kembali ke NU? Kiai Nashir menjawab: ”Seharusnya PMII kembali ke NU”. Lebih lanjut dia mengatakan ”Jika sampeyan-sampeyan mengaku anak orang NU, seharusnya kembali berjuang untuk NU dan bertanggungjawab di kampus”. ”Apalagi saat ini kampus-kampus banyak dimasuki oleh ajaran-ajaran radikal yang berbeda dengan ajaran Aswaja Annahdliyah,” tambah Kiai Nashir.
Adapun menurut Adien Jauharudin, Ketua Umum PB PMII yang terpilih dua bulan lalu, ke depan PMII akan melakukan perubahan tampilan organisasi. Jika dalam masa-masa sebelumnya PMII kurang dalam bidang keagamaan, maka ke depan PMII harus tampil lebih agamis. Disamping itu Adien mangatakan ”PMII akan melakukan dua hal untuk mengubah tampilan, yang pertama akan mengenalkan Aswaja kepada mahasiswa-mahasiswa terutama di kampus-kampus umum, dan yang kedua akan selalu mendekat ke kiai/ulama disemua tingkatan kepengurusan”.
Adapun kaitannya dengan keputusan PMII kembali ke NU, Andien menjelaskan ”Perlu proses yang panjang, dan harus melibatkan kader, alumni PMII serta semua pihak yang memiliki keterkaitan untuk membuat keputusan itui”.
Sedangakan menurut Azis, salah satu fungsionaris PB PMII, dalam sejarahnya PMII lahir begitu saja dari anak-anak NU yang kuliah di perguruan tinggi, tidak lahir dari organisasi NU. “Karena itu sebenarnya a-historis jika mendorong PMII untuk kembali ke NU, karena PMII tidak lahir di NU”.
Namun pernyataan ini dibantah oleh sejarah PMII sendiri, dimana PMII pernah membuat Deklarasi Murnajati yang berisi tentang independensi PMII. Jika PMII tidak pernah berada di bawah (underbow) salah satu organisasi, dalam hal ini NU, untuk apa deklarasi itu dilakukan. Pertanyaan ini masih belum terjawab dalam diskusi tersebut.