
Perkawinan ‘politik’ mulai menjadi tren di Indonesia. Pasca Partai Demokrat (PD) menikahkan pangerannnya dengan putri dari ‘kerajaan’ Partai Amanat Nasional (PAN), kini giliran Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Nahdlatul Ulama (NU) yang menjalin koalisi cinta. Bila berhasil menggaet hati nahdliyin, mimpi PKB jadi partai terbesar pun terwujud.
PERKAWINAN pada hakikatnya menyatukan dua hati, dua keluarga, dua latar belakang kehidupan, budaya, karakter, dan impian yang berbeda. Pada masa lampau, dalam pemerintahan kerajaan, perkawinan biasa pula dilakukan untuk menyatukan dua kerajaan agar menjadi satu kekuatan yang lebih besar. Di era modern, strategi ini juga dilakukan untuk memperkuat posisi partai politik dalam mengeruk suara.
Pada 26 April lalu--meski tak mau mengakui--Putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan putri Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Siti Ruby Aliya Rajasa (Aliya) melangsungkan lamaran. Sementara pernikahannya akan dilangsungkan tanggal 24 November 2011.
Pernikahan ini dipastikan memperkuat posisi Partai Demokrat (PD) dengan SBY sebagai Ketua Dewan Pembinanya, serta Partai Amanat Nasional (PAN) yang dinahkodai, Hatta Rajasa. Bahkan, Hatta dikabarkan menjadi salah satu calon kuat maju di Pilpres 2014, karena calon besannnya yaitu SBY tak bisa mencalonkan diri lagi.
Kini, perkawinan politik juga tercium kuat dari tubuh PKB. Pasalnya, Ahmad Fariz Malvi Zaini adik kandung Wakil Sekjen PKB yang juga Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, Helmy Faishal Zaini menikahi puteri Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj, Rihab Said Agil. Pernikahan antara keluarga tokoh PKB dan NU ini dilangsungkan di kediaman Said Aqil Siraj yang terletak di Ciganjur, Jakarta Selatan. Sementara resepsinya berlangsung di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu, (3/7) malam.
Pengamat politik Paramadina, M Iksan Tualeka, menganggap pernikahan ini sedikit banyak akan mengubah konstelasi dukungan NU terhadap PKB yang dulu pernah panas dingin.Kata dia, setidaknya NU akan memberikan arahan kepada pengikutnya untuk memajukan partai yang berdiri dari NU yakni PKB. "Saya yakin dengan adanya kabar pernikahan seperti ini, makin memperkuat hubungan NU dan PKB," katanya.
Jika hubungan pernikahan ini bisa direalisasikan dan terus dibina ke arah politik, bisa jadi akan membuat suara partai berlambang bintang sembilan ini menguat."Apalagi, kalau PKB bisa memoles citra ini ke lumbung suara NU. PKB akan menambah rau-pan suara yang cukup signifikan. Tapi, jika tidak bisa memolesnya, hal ini akan sia-sia saja," katanya.Dia meyakini, dengan adanya hubungan pribadi antara tokoh-tokoh PKB dan NU, sedikit banyak akan mengubah peta politik di kalangan pemilih NU.
Berdasarkan catatan, pada Pemilu 2009 lalu PKB mendapatkan suara dari 5.146.122 orang. Sementara, potensi suara dari NU secara nasional mencapai 50 juta orang atau sekitar sepertiga jumlah pemilih di Indonesia. Artinya, bila berhasil mengurusi warga NU saja, PKB akan menjadi partai terbesar di Indonesia.
Menurut hitungan Pengamat dan Peneliti Politik Indonesia M Qodari, secara kasar jumah penduduk Indonesia 215 juta, dengan jumlah umat Islam 189.2 juta (88 %). 33% dari jumlah umat Islam merupakan pengikut NU sehingga jumlah warga NU diperkirakan 62,4 jutaJika dilihat dari potensi pemilih, maka jumlah total pemilih adalah 170 juta, sedangkan pemilih yang berasal dari umat Islam 149,6 juta (88%). Pemilih berkultur NU diperkirakan berjumlah 49,4 juta atau dengan pembulatan sekitar 50 juta (33%).
Komunitas NU yang sebagian besar masih tinggal di desa-desa atau bekerja dalam sektor ekonomi informal merupakan kelompok yang membutuhkan dukungan paling besar.“PKB mengurus NU sudah seperti mengurus bangsa,” katanya.
Kenyataan itu tak ditampik oleh PKB. Bahkan, tak seperti PD-PAN yang terkesan malu-malu mengakui pernikahan ‘anak-anak’ mereka bisa memperkuat posisi politik, PKB lebih terbuka. Ketua DPP PKB, Lukmanul Hakim, mengibaratkan perkawinan antara Rihab dan Fariz sebagai pernikahan yang tulus, penuh dengan cinta kasih seperti lulusnya kecintaan antara PKB de-ngan NU. Dia pun tanpa menutup-tutupi berharap, pernikahan ini bisa mempererat hubungan NU dengan PKB.
Selain itu, dengan pernikahan ini PKB juga berharap ada chemistry sehingga terbangun kesolidan yang dulu pernah terjadi, serta bisa memperkuat hubungan silaturrahim di level perjuangan yang lebih luas."Aslinya, PKB dan NU memang punya cinta yang tulus, ini ceminan cinta antara PKB dan NU," ujar Lukmanul Hakim
Dengan adanya ikatan ini. lanjut Lukman, mudah-mudahan antara PKB dan NU bisa bekerja sama dalam membangun bangsa, negara, dan umat Islam."Sejak awal PKB dan NU punya kenangan manis dalam berbakti untuk bangsa, sehingga PKB punya kewajiban untuk mempererat hubungan yang dulu pernah ada," katanya. Ketika ditanya apakah pernikahan ini sebagai mahar politik untuk Pemilu 2014? Lukman membantahnya. "Enggak sampai ke situ," katanya lagi.
Terpisah, Helmy Faishal Zaini mengatakan, "Kalau memang ini disebut sebagai pernikahan politik, ya, terserah orang yang menilai," katanya.Helmy tidak menyangkal jika pernikahan tersebut akan memberi pengaruh positif terhadap PKB. Target menjadi pemenang di pemilu 2014 kata Helmy, tidak hanya menjadi mimpi PKB, tapi semua partai."Semua partai kan berharap 2014 itu bisa memenangkan pemilu. Begitu juga dengan PKB," katanya. Sumber: SurabayaPost