Pengusaha NU harus berkembang Sinergis
Jakarta, NU Online
Upaya pengembangan ekonomi dilingkungan NU saat ini menjadi perhatian besar. Secara keorganisasian telah dibentuk Himpunan Pengusaha NU (HPN) untuk mewadahi mereka karena tanpa organisasi akan ketinggalan.
Wakil Ketua Umum PBNU H As’ad Said Ali sangat mendukung aktifitas NU ini dan meminta agar para pengusaha NU tidak membatasi diri dalam berinteraksi. “Untuk bisa berkembang, para pengusaha NU harus melakukan sinergi dengan yang lain,” katanya.
Dijelaskannya NU merupakan organisasi besar, tetapi secara finansial masih lemah. As’ad menjelaskan, dari sebuah laporan survey yang dibacanya, hanya tujuh persen warga NU yang wajib berzakat, sisanya adalah kelompok yang dizakati.
Terkait dengan ini, secara organisasi menjadi sulit untuk mengumpulkan uang untuk mendanaan organisasi dari para anggota, padahal organisasi yang paling idealnya organisasi hidup dari iuran anggotanya.
“Apa yang bisa kita tarik dari anggota kita yang miskin,” paparnya.
Karena itulah pengembangan sektor usaha dilingkungan NU saat ini merupakan hal yang tak bisa ditawar lagi karena NU sudah lama tertinggal secara ekonomi.
Dijelaskan, NU merupakan salah satu kelompok pendukung kemerdekaan Indonesia sejak tahun 1945, tetapi sebagian besar massa NU tinggal di desa-desa sedangkan sektor dunia usaha dikuasai kelompok China yang memang sudah mendominasi sejak zaman kolonial.
Demikian pula, ketika zaman Orde Baru, yang menekankan pembangunan melalui sector industri yang dipusatkan di perkotaan sehingga tetap saja komunitas NU di pedesaan tertinggal.
“Kita tak boleh menyalahkan diri sendiri, tetapi harus maju dengan diri kita sendiri saat ini,” paparnya.
Dorongan untuk menumbuhkan para pengusaha NU ini harus dimulai dari perubahan mindset, menjadi orang yang aktif, kreatif dan tidak malu.
Semasa dirinya masih menjadi pengawai negeri, yaitu di Badan Intelejen Negara (BIN), ia juga telah berusaha, yaitu menjual kayu bangunan, yang hasilnya bisa 3-4 juta per bulan, padahal waktu itu gajinya sebagai Kasubdit hanya 600 ribu.
Pria yang lahir di Kudus ini menuturkan, ia lahir dari keluarga berlatarbelakang pengusaha. Ayahnya selalu mencontohkan, kepingin menjadi seperti Sunan Muria yang seorang sufi atau menjadi seperti Sunan Kudus yang merupakan pengusaha dan pengusaha, dan ia merasa pilihan yang tepat adalah menjadi seperti Sunan Kudus.