Skip to content

emka.web.id

Menu
  • Home
  • Indeks Artikel
  • Tutorial
  • Tentang Kami
Menu

Sholawat, Tumpeng dan Petasan Warnai Malam Ganjil Ramadhan

Posted on April 11, 2013 by Syauqi Wiryahasana
Jombang, NU Online Pembacaan shalawat nabi menggemuruh menyambut malam 25 bulan ramadhan di masjid dan musholla. Tak ketinggalan, tradisi menyambut malam untuk memperoleh Lailatul qodar ini dilengkapi dengan tumpengan dan suara petasan ikut meramaikan malam yang penuh berkah di 10 hari terakhir bulan puasa. Warga nahdliyin di Desa Tembelang sudah berpuluh-puluh tahun menjalankan rutinitas menyambut setiap malam ganjil 10 hari terakhir bulan ramadhan. Di Dua dusun yakni Dusun Konto dan Balongombo Desa Tembelang yang memiliki 9 musholla dan satu masjid. Setiap malam ganjil jamaah musholla terdiri dari remaja masjid dan jamaah dewasa berbaur membaca shalawat nabi yang ditulis kitab dhiba’ karangan Imam Jalil Abdul Rohman Ad Dhiba’i.   “Setiap malam ganjil, bergilir dari musholla paling barat hingga musholla paling utara desa. Dan puncaknya malam 29 pembacaan sholawat nabi dipusatkan di masjid,”ujar Ahmad Rofik imam musholla yang juga anggota BPD Desa Tembelang menbeberkan.seraya mengatakan pembacaan dhiba’ menandai malam-malam ganjil di 10 hari akhir bulan puasa ramadhan.   Mengapa membaca dhiba..? Dalam kitab dhiba’ dikatakannya disamping tertulis sholawat, manakib dan juga perintah membaca sholawat kepada nabi juga banyak menceritakan akhlaq nabi Muhammad SAW. Seperti ayat yang menerangkan membaca sholat,” Sesungguhnya Allah dan malaikat bersholawat kepada nabi. Wahai orang-orang yang beriman maka bacalah sholat wasallaimu taslima,”.   Dhiba’ juga menceritakan akhlaq nabi Muhamad SAW, yang merupakan manusia dengan akhlaq paling mulia.”Akhlaq nabi mencerminkan kitab suci “Alqur’an. Tidak ada kebohongan terpancar dari wajah rosul Allah ini. Jika berkata baikan minyak wangi keluar dari mulutnya. Wajah nabi diumapamakan layaknya bulan purnama.   Kemeriahaan membaca shalawat ini juga diwarnai dengan bunyi petasan yang dilakukan oleh ramaja-remaja masjid.” Mereka seprti menandai sedang berkumpul mengajak warga yang lain untuk ikut berjamaah membaca sholawat menantid atangnya lailatul Qodar,”imbuhnya.   Pembacaan sholawat ini diakhiri dengan doa oleh sesepuh desa dan makan tumpeng bersama –sama yang telah disediakan jamaah sekitar musholla.” Makan bersama menunjukkan kerukunan jamaah yang ikhlas mengeluarkan ssodaqoh,”pungkas ropiq menuturkan.
Seedbacklink

Recent Posts

TENTANG EMKA.WEB>ID

EMKA.WEB.ID adalah blog seputar teknologi informasi, edukasi dan ke-NU-an yang hadir sejak tahun 2011. Kontak: kontak@emka.web.id.

©2024 emka.web.id Proudly powered by wpStatically