Jurnal Nature: Bumi Miliki Cadangan Air Tanah Setengah Juta Kilometer Kubik!
Canberra - Bumi ternyata memiliki cadangan air tanah sebanyak 500.181 kilometer kubik yang sebagian besar tersimpan di bawah garis pantai laut seluruh dunia. Demikian hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature edisi 5 Desember 2013.
Cadangan air ditemukan oleh kelompok peneliti internasional yang terdiri atas peneliti asal Australia, Belanda, Amerika Serikat, dan Inggris. Tim peneliti mengatakan, cadangan air tawar yang tersembunyi ini akan sangat berguna di masa depan, mengingat ketersediaan air bersih secara global akan terus berkurang.
Temuan cadangan air ini didapat berdasarkan investigasi yang dipimpin oleh Vincent Post, seorang peneliti yang bekerja sama dengan pusat penelitian National Center for Groundwater Research and Training di Adelaide, Australia. Post mengatakan penemuan cadangan baru ini 100 kali lebih tinggi dari seluruh ketersediaan air tanah selama beberapa abad.
Untuk bisa memperoleh kandungan ketersediaan air tanah dalam bentuk angka, tim peneliti menggunakan teknik pemodelan komputer. Sebelumnya mereka melakukan serangkaian pengeboran di berbagai lokasi pantai di seluruh dunia. Saat itu, tim menegaskan bahwa air cadangan ini tidaklah benar-benar siap dikonsumsi.
Namun, mereka menjelaskan, cadangan air ini memiliki kadar garam yang jauh lebih rendah dibanding pada air laut. Ini berarti setiap upaya proses desalinasi (penghilangan kadar garam) akan lebih intensif mengurangi biaya dan energi. Sebelumnya, para peneliti percaya bahwa kantung-kantung air ini, dalam kondisi langka, hanya ada di bawah lapisan tanah tertentu.
"Penelitian kami menunjukkan akuifer air tawar dan payau di bawah dasar laut sebenarnya adalah fenomena umum. Tapi, pengetahuan tentang cadangan ini adalah berita besar karena volume airnya bisa mengurangi krisis air beberapa wilayah selama beberapa dekade," kata Post, seperti dilansir laman Softpedia, Jumat, 12 Desember 2013.
Prediksi statistik dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menunjukkan, hampir 67 persen populasi bumi akan mengalami krisis air bersih dalam beberapa dekade mendatang. Karena itu, penemuan baru ini diyakini bisa memainkan peran penting dan mengurangi kecemasan akan krisis air. (Baca juga: Bumi Bisa Bertahan 1,75 Miliar Tahun Lagi)
Para ahli di Badan Lingkungan PBB (UNEP) mengatakan daerah pesisir akan menjadi wilayah yang terkena dampak kekurangan air paling parah. Disusul daerah yang berisiko tinggi adalah pantai di wilayah Amerika Serikat dan Amerika Selatan, pantai selatan Afrika, Eropa, dan Australia. Cadangan air di lokasi-lokasi tersebut berpotensi berkurang hingga 20 persen pada 2050.
Menurut Post, cadangan air yang baru ini dapat dimanfaatkan dengan membangun platform pengeboran di laut, mirip dengan rig minyak. Cadangan air juga dapat diakses dengan pengeboran dekat dengan akuifer langsung dari daratan. Namun, para peneliti mengingatkan, cara ini hanya akan mengatasi masalah dalam jangka pendek.
Sumber: Tempo