Tidak Kunjung Terbitnya Karya Ulama Nusantara, Memprihatinkan!
JOMBANG - Sekitar 40 penulis potensial bertemu di Pesantren Al-Aziziyah Denanyar Jombang Jawa Timur, Sabtu (21/12). Kegiatan ini dikemas dalam acara temu wicara dan menghadirkan pembicara yakni Ahmad Baso, KH Aziz Masyhuri, Prof Dr KH Imam Suprayogo serta Sulaimaniyah Turki.
Dalam paparannya, Ahmad Baso tidak bisa menyembunyikan keprihatinan lantaran sangat terbatasnya karya ulama Nusantara yang diterbitkan.
"Kita prihatin karena masih belum banyak kitab ulama Nusantara yang diterbitkan karena berbagai hal, katanya. "Padahal dulu ulama kita jadi rujukan di Haramain," lanjut penulis buku NU Studies ini.
Sedangkan Kiai Aziz Masyhuri mengharapkan kegiatan di pesantren yang diasuhnya mampu menumbuhkan semangat menulis. Bahkan khusus untuk kegiatan temu wicara, kiai produktif ini mengharapkan bisa terselenggara lebih besar.
"Kita berkumpul di sini semoga bisa menjadi awal mengumpulkan para penulis muslim nusantara dan kegiatan ini dapat dilaksanakan secara nasional tahun depan," katanya.
Rektor UIN Maliki, Prof Dr KH Imam Suprayogo mengingatkan bahwa kesadaran membuat tulisan dan menata koleksi buku telah tumbuh di kalangan non sunni.
"Selain kelompok Wahhabi, juga ada kelompok syiah yang demikian luar biasa," terangnya. Dalam keseharian, mereka menerjemahkan karya-karya ulama syiah.
"Saya beberapa kali ke Iran dan mengunjungi perpustakaan di samping Imam Ali Rido," akunya. Luas perpustakaan itu sampai tiga hektar. "Kalau kita mencari buku, maka yang melayani adalah robot," katanya. Tidak itu saja, koleksi kitab, buku, majalah dan sejenisnya bisa sampai 2.500.000 judul," katanya penuh rasa kagum.
Sekedar membandingkan, perpustakaan modern adalah Dha yang berada di Iran serta di Deft, Belanda. Kelebihan di sana pelayanannya luar biasa.
Prof Imam juga mengatakan bahwa tugas seorang imam di syiah adalah menulis. Setelah itu seluruh karya para imam itu diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan disebarkan.
"Makanya, agar anak-anak kita tidak menjadi wahhabi dan syiah, ayo menulis," tantangnya. "Semakin produktif, semakin baik!" lanjutnya.
Imam Suprayogo yang juga salah seorang Rais PWNU Jatim ini.bahkan menyatakan bersyukur karena sudah mengawali tradisi menulis ini. Setidaknya, kini ia telah menulis 2100 makalah dan artikel. Ia juga menerbitkan 20 judul buku.
"Setiap hari bakda shubuh saya minimal menulis 4 halaman tanpa berhenti," katanya.
"Nah saya membayangkan seandainya kita semua menulis rutin seperti ini dan terus kontinyu, maka akan luar biasa hasilnya!" Katanya Karena dalam pandangannya, keilmuan orang-orang Indonesia juga bagus.
Karena itu Prof Imam sangat mengapresiasi upaya dari KH Aziz Masyhuri untuk mengumpulkan para penulis dan harus dilanjutkan. "Ini tradisi halaqah yang harus terus dipertahankan," tukasnya
Sumber: NU Online