Kisah Dua Siswa SMA Yang Memanfaatkan Abu Vulkanik Sebagai Penyaring Limbah Beracun
Jakarta - Erupsi Gunung Kelud tahun lalu menyisakan abu vulkanik yang menyelimuti Solo dan sekitarnya. Pemandangan jadi kotor karenanya, namun Luca Cada Lora dan Galih Ramadhan melihat potensi dari abu tersebut.
Dua siswa SMA Negeri 1 Surakarta, Solo ini punya ide memanfaatkan abu vulkanik sebagai alat penyaring limbah beracun. Luca memperhatikan, sehabis erupsi Gunung Kelud, air selokan di depan rumahnya sangat jernih.
Setelah diperhatikan, endapan abu vulkanik yang sangat banyaklah yang membuat air selokan yang sebelumnya kotor menjadi jernih. Luca kemudian mencari informasi di internet. Ternyata benar, ada sebuah penelitian yang menyatakan tanah dari abu vulkanik bisa menjadi penyaring limbah.
"Itu yang mendasari penelitian saya. Saya kemudian mencari tahu manfaat abu vulkanik untuk menyaring limbah industri logam berat, khususnya limbah chronium hexavalent untuk campuran logam stainless steel, ini jenis limbah berbahaya, bisa menyebabkan kanker," sebutnya.
Merasa kewalahan berkutat di laboratorium sendirian, di tengah jalan dia mengajak rekannya Galih Ramadhan yang punya satu ide untuk bergabung dengannya dalam penelitian ini.
Teknologi ini berupa mesin pompa air yang dipasangi pipa-pipa. Dijelaskan Luca, cara kerja teknologi temuannya ini adalah dengan menyedot limbah berbahaya dengan mesin pompa air.
Air limbah kemudian dialirkan ke tabung pertama yang diisi fiber. Serat fiber berfungsi menyaring limbah dengan partikel besar. Setelah melalui tabung pertama, air limbah dialirkan ke tabung kedua berisikan abu vulkanik
Sumber: detikINET