Madiun, NU Online
Dihadapan perwakilan MWCNU, guru-guru PAI, siswa- siswi tingkat SLTA se Madiun, Yusuf Suharto, ketua Aswaja NU Center Jombang menyampaikan bahwa saat ini penguasaan IT adalah keniscayaan. Namun, minat baca, dan menulis juga harus diutamakan. Selanjutnya ia mengajak agar bisa membuat ebook sehingga buku aswaja bisa didownload.
“Muslim di luar Ahlussunnah telah memanfatkan IT sedemikian rupa, karena itu kita juga musti menguasai IT, tapi jangan lupa membaca dan menulis. Karena itu penting untuk dilaksanakan pelatihan jurnalistik atau kepenulisan,” ujar dosen bahasa Indonesia STIKES Pemkab Jombang ini dalam Kajian Aswaja yang diselenggarakan Takmir Masjid Gede Al-Arifiyyah Carubandan IPNU IPPNU Madiun, Ahad (05/07).
“Buku-buku di luar Aswaja di internet bisa didownload secara gratis, dan melimpah. Sudah saatnya buku-buku Aswaja juga bisa lebih banyak lagi didownload secara gratis, terutama yang diperuntukkan para generasi muda NU,” ujar penerjemah buku Nasehat Pernikahan KH Hasyim Asyari ini di hadapan puluhan orang yang memenuhi lantai dua masjid Gede Al-Arifiyyah.
Dinyatakan oleh Yusuf, kaum aswaja yang diperkirakan berjumlah 90 persen dari komunitas Muslim sedunia itu tengah mendapati tantangan wacana dari kaum Muslim yang ekstrim. Di antaranya adalah ada sementara aliran yang sampai saat ini mendiskreditkan para sahabat, ada pula yang secara serampangan menafsirkan Quran dan sunnah tanpa bimbingan ulama.
“Inilah pentingnya kajian aswaja, agar kita bias mengetahui landasan amaliyah kita, dan mantap menggunakannya.”
Sementara itu, mewakili yayasan, Kiai Muhairomain dalam sambutannya menyatakan bahwa kajian Aswaja ini telah rutin dilaksanakan beberapa kali dalam momen Ramadhan. Kiai yang juga Syuriyah ini menyampaikan bahwa ilmu itu sedemikian penting nilai gunanya.
“Sekali lagi saya katakana, ilmu, dan ilmu. Tapi jangan salah niat. Karena sekarang ini banyak yang salah nawaitu, yaitu golek ilmu karena golek (mencari) ijazah. Ijazah itu sangat penting, tapi jangan dijadikan yg paling utama. Karena itu carilah ilmu sesuai dengan aturan agama, insyaallah hidupnya diatur Allah.
Kiai penasehat ISNU Madiun ini menyampaikan bahwa masjid Gede ini bukan milik organisasi NU, tetapi ia adalah aset NU, karena sebelum berdiri NU dan sampai saaat ini tetap istiqamah mengamalkan amaliyah NU.
“Ini bukan masjid NU, bukan masjid Muhammadiyah. Ini masjid pertama di Madiun utara. Belum ada NU, kaifiyahnya gak berubah, qunut, tahlilan, masjid ini berdiri pada tahun 1800-an. Ini mestinya aset NU, jadi NU harus tanggung jawab. Red: Mukafi Niam
Sumber: NU Online