Pendidikan pesantren menjadi perhatian Musytasar NU Demak KH M Nurul Huda. Menurut Huda, pesantren dan NU merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Pemilik dan pendiri pesantren merupakan pelaku organisasi dan penjaga gawang ideologi ahlussunnah wal jamaah.

Menurut Kiai Huda, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengandung tidak hanya melalui proses belajar mengajar layaknya sekolah formal namun mencakup kehidupan umat manusia baik secara pribadi dengan Tuhannya maupun dalam berbangsa dan bernegara yang baik. Namun, ia menyarankan pesantren yang berhaluan Aswaja ala NU. “Pesantren yang kita kenal selama ini merupakan benteng dan basis ideologi NU. Mereka yang masuk kelompok garis keras termasuk ISIS karena tidak pernah masuk pesantren, dasar ilmu agamanya kosong,” kata Kiai Huda saat Halal Bihalal keluarga besar At-Taslim, alumni, dan santri pesantren At-Taslim di aula belakang pesantren, Sabtu (18/7). Selain pencetak ideologi, kelestarian pesantren merupakan tanggung jawab alumni dan umat yang didalamnya bisa mencetak anak-anak saleh yang merupakan kader penerus perjuangan ulama yang diakibatkan oleh ilmu yang bermanfaat. Saat mendampingi KH Machrus Ali di Arab Saudi, Kiai Huda pernah bertanya soal kriteria ilmu yang bermanfaat. Kiai Machrus menjawab dengan singkat dan padat bahwa ilmu yang bermanfaat adalah orang tua yang pernah ngaji di pesantren diteruskan dengan memondokkan anaknya di pesantren. Di samping itu, pendidikan pesantren yang sanadnya sudah jelas sampai pada Nabi Muhammad SAW selama ini sudah berjalan ajarannya, tidak pernah menyimpang dari syariat termasuk juga tidak ada ajaran radikalisme di dalamnya. “Selama ini yang kita pilih sudah jelas sanadnya. Makanya tidak ada ajaran kekerasan di dalam pesantren,” tambah cucu mbah Maksum Lasem tersebut. Halal Bihalal yang berjalan rutin setiap tahunnya itu dihadiri selain keluarga juga dihadiri santri serta alumni termasuk Ketua MWCNU Demak Kota Kiai Yatin Ch. (A Shiddiq Sugiarto/Alhafiz K) Sumber: NU Online