Ini Model Korea Selatan dalam Membangun Kawasan Perdesaan

Jakarta, Berbagai upaya terus dilakukan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi untuk mempercepat proses Desa Membangun. Salah satunya mengajak Pemerintah Korea Selatan untuk melakukan transfer ilmu dan teknologi ke desa-desa.

Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi Marwan Jafar mengatakan, desa-desa di Indonesia memiliki potensi alam yang sangat besar namun belum terkelola secara maksimal. Karena itu, kerjasama dengan Korea diarahkan untuk mempercepat proses pemanfaatan sumber daya alam desa dengan mengangkat skill masyarakat desa.

“Kita arahkan agar ada transfer ilmu dari Korea kepada masyarakat desa, sehingga nantinya masyarakat bisa mandiri mengelola potensi desa yang ada,” tegasnya lewat rilis yang dikirim ke NU Online, Selasa (25/8) di Jakarta.

Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi dengan Korea secara khusus dijalin melalui Kementerian Administrasi Pemerintahan dan Dalam Negeri Republik Korea Selatan. Hadir dalam acara penandatanganan MoU itu Wakil Menteri Administasi Pemerintahan dan Dalam Negeri Republik Korea, Chung Chae Gun.

Ada lima poin yang ditandatangani dalam kerjasama itu, meliputi program peningkatan kapasitas sumber daya manusia; Kerjasama pembangunan kawasan perdesaan dengan menggunakan Model Pemberdayaan Masyarakat seperti Saemaul Undong (Gerakan Desa Baru).

Kemudian program peningkatan infrastruktur, ekonomi, social dan budaya; Penelitian dan pembelajaran bersama mengenai pembangunan perdesaan; dan saling kepentingan mengenai pembangunan desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi yang dapat diputuskan bersama secara tertulis. 

Chung Chae Gun menjelaskan, gerakan Saemaul Undong mulai lahir sejak tahun 1970-an. Hingga saat ini, gerakan ini terbukti mendongkrak pembangunan desa.

“Beberapa bulan lalu, media Korea melakukan survei apa yang bisa dongkrak pembangunan Korea, ternyata jawabannya 70 persen menyebut Saemaul Undong,” ujarnya.

Menurut dia, gerakan itu bukan hanya dorongan untuk pembangunan desa, melainkan semacam gerakan revolusi mental. “Jadi membangun mental masyarakat desa untuk maju,” tandasnya. (Red: Fathoni)

Sumber: NU Online

Scroll to Top