
Dalam kuliah yang bertajuk “Kongkow Nusantara: Islam dan Kebangsaan” tersebut, Mahfud menegaskan bahwa bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan dasar Pancasila adalah bentuk yang paling ideal. Hal itu Indonesia terdiri dari masyarakat yang plural. “Negara bernama Islam tidak harus. Yang harus adalah negara berjiwa Islam,” ujar mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang juga anggota tim ahli Pengurus Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBHNU) ini, Rabu (23/9). Yang wajib, lanjutnya, adalah substansinya, yaitu menegakkan nilai-nilai Islam, bukan formalisasi Negara Islam. Dan nilai-nilai Islam tersebut terkandung dalam Pancasila. “Al-ibrah bi al-jauhar la bi al-madzhar (Yang terpenting adalah substansi, bukan formalitasnya),” kutipnya sembari memberi contoh bahwa New Zealand, meski bukan Negara Islam, tapi standar ke-Islamannya tertinggi di dunia. Di akhir acara, H. Nasikhin, sesepuh PCI NU Malaysia menganugerahkan sebuah cindera hati kepada Mahfudz MD, dan ditutup dengan untaian doa oleh Rais Syuriah PCINU Malaysia, KH. Liling Shibromallisi. "Sengaja kami mengambil tema tersebut (Islam dan Kebangsaan, Red) agar kami memahami dengan benar bagaimana sebenarnya relasi antara Islam dan kehidupan bernegara,” tutur Haris Alfian selaku ketua panitia. Kehadiran Mahfud ke Malaysia juga membawa agenda mengisi khutbah Idul Adha di kompleks KBRI Kuala Lumpur, Kamis (24/9). “Setelah kami tahu rencana kedatangan beliau, maka kami segera mengkoordinasikan dengan kawan-kawan untuk mengundang beliau hadir memberi kuliah umum di International Islamic University of Malaysia (IIUM),” kata Marhadi Marzuki, Ketua Tanfidziyah PCINU Malaysia, melalui pesan WhatsApp. Kepanitiaan kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) Malaysia dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) IIUM. (Red: Mahbib) Sumber: NU Online