
Acara digelar Selasa (4/8), bersamaan dengan pelaksanaan Muktamar NU di Jombang, dimulai pukul 15.30 GMT dengan dihadiri perwakilan anggota NU Maroko dari berbagai kota, seperti Rabat, Fes, Marakech, Casablanca dan Tanger. Ada yang berbeda dalam bahtsul masail kali ini dari kegiatan sebelumnya. Anggota Fatayat NU diberikan kelompok tersendiri di tengah-tengah musyawirin. "Memang kami sedikit mengubah mekanisme Bahtsul Masail, tidak seperti (Bahtsul Masail) yang pertama dulu dimana anggota perempuan digabung dengan rekan sekotanya. Kali ini Fatayat kami berikan kelompok sendiri dalam rangka peningkatan SDM anggota kami yang perempuan," tutur panitia, Rifqi Maula. Satu bulan sebelum pelaksanaan bahtsul masail, panitia menyebarkan undangan keikutsertaan dalam bahtsul masail sekaligus mengumpulkan soal-soal dari peserta. Soal-soal yang diterima lantas disaring untuk menentukan materi yang akan dibahas. Untuk bahtsul masail mendatang, panitia menyebutkan bahwa PCINU Maroko akan fokus juga pada masalah-masalah fiqih keseharian umat Islam di negara-negara non-muslim (fiqih minoritas) terkait dengan banyaknya diaspora Indonesia di negara-negara Eropa dan Amerika. Saat menutup acara, Dr. Ayman Al-Akiti yang kali ini bertindak sebagai mushahhih berpesan agar tradisi bahtsul masail hendaknya digiatkan pelaksanaannya di kalangan anak muda NU sebagai sarana berlatih berpikir objektif dalam memilah dan memilih dalil yang tepat untuk memberikan panduan hukum bagi masyarakat sekitarnya. Karena tidak menutup kemungkinan di era global ini, kader-kader NU akan mengembangkan dakwah di wilayah-wilayah yang jauh dari Indonesia. (Durrotul Yatimah/Mahbib) Sumber: NU Online