Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tunisia menyambut gembira peringatan Hari Santri Nasional. Mereka dalam rangka itu tengah mempersiapkan film pendek yang memuat penjelasan Hari Santri, Selasa (20/10).

”Kami harap film pendek ini dapat berkontribusi memberikan pemahaman pada masyarakat yang masih belum memahami substansi Hari Santri,” ujar Hasan Asy’ari, sutradara film. Masih menurut alumnus pesantren Al-Haramain Jepara yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Ezzitouna ini, banyak masyarakat Indonesia masih terbawa opini yang simpang siur seputar penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Saat ditemui NU Online di lokasi shooting di Masjid Zaitunah Tunisia, pria tahun akhir jurusan Akidah dan Filsafat ini menyayangkan sebagian orang yang tidak mau mengakui 22 Oktober sebagai hari santri. Padahal, menurutnya, hari itu merupakan hari paling bersejarah. Sebab, meriam yang meledak pada 10 November sudah dibakar sumbunya pada 22 Oktober melalui Resolusi Jihad yang difatwakan oleh Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. “Tanpa Resolusi Jihad, semangat juang kaum muslim tak akan terbakar. Untuk itu, apakah kita akan merasakan kemerdekaan, bila tidak melawan kedatangan tentara sekutu di Surabaya pada 10 November. Apakah kita akan melupakan jasa dan sejarah heroik para pejuang, ulama, santri, dan semua elemen bangsa yang turut berkontribusi bagi kemerdekaan?” tandas Sekretaris PCINU Tunisia itu. (Obay-Irham/Alhafiz K) Sumber: NU Online