Plt Gubernur Sumatra Utara H T Erry Nuradi MSi mengapresiasi semangat para ulama dan santri dalam mempertahankan Republik Indonesia (RI) yang hendak direbut kembali kolonial. Karena menurut sejarah, para ulama dan santri tepatnya pada tanggal 22 Oktober 1945 mengeluarkan Resolusi Jihad untuk menyusun strategi mempertahankan RI dari serangan kolonial yang tidak rela dengan kemerdekaan RI.

"Para ulama dan santri bukan hanya berjuang untuk agama, tapi mereka rela mengorbankan nyawa untuk mempertahankan kemerdekaan RI," kata Erry Nuradi saat menerima rombongan Kirab Resolusi Jihad dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional (Hasan), Kamis (22/10) di halaman Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumut, Jalan Sei Batanghari No 52 Medan. Di awal acara, Erry berkesempatan menyambut rombongan Kirab Resolusi Jihad Tahun 2015, selanjutnya menerima Pataka Kirab dari ketua rombongan Drs Ance Selian yang disaksikan Ketua PWNU Sumut Afifuddin Lubis, Anggota DPR RI dari PKB H Marwan Dasopang. Turut hadir pada acara tersebut Wakil Rais Syuriyah PWNU KH Imron Hasibuan, para pengurus PWNU Sumut, Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara (UNUSU) Prof Ahmad Rafiqi Tantawi, pengurus PCNU kabupaten/kota se-Sumut, para alim ulama, Muslimat dan Fatayat NU, Gerakan Pemuda Ansor, IPNU, IPPNU, PMII, pengurus PKB se-Sumut dan juga para peserta Kirab Resolusi Jihad dari sejumlah pesantren di Sumut. Plt Gubsu juga menucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat dalam hal ini Presiden RI Joko Widodo yang telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Karena ini merupakan perjuangan yang cukup panjang dari para santri yang bernaung di NU. "Hasil perjuangan yang cukup panjang selama 70 tahun akhirnya membuahkan hasil. Dan 22 Oktober pun menjadi Hari Santri Nasional," sebut Erry. Pada kesempatan itu, Plt Gubsu juga mengajak seluruh warga NU untuk menjadikan tanggal 22 Oktober sebagai momentum untuk mengingat kembali sejarah perjuangan para pendahulu. "Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat sejarah dan perjuangan para pendahulunya," kata Erry. Ketua PWNU Sumut Drs H Afifuddin Lubis MSi mengatakan, Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang dipelopori KH Hasyim Asyari merupakan momen yang sangat penting bagi sejarah bangsa. Resolusi Jihad yang diikrarkan untuk melawan penjajah akhirnya melahirkan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya yang saat ini dikenal sebagai Hari Pahlawan. "Resolusi Jihad itu semula adalah sejarah terpendam. Alhamdulilah perjuangan yang dilakukan ulama itu disahuti Bapak Presiden RI Joko Widodo dengan menetapkan 22 Oktober merupakan Hari Santri Nasional," ujar mantan Pejabat Wali Kota Medan ini. Kirab Resolusi Jihad di Sumut, tambahnya, terlaksana atas kerjasama NU dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang sama-sama berjuang agar 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. "NU dan PKB sama-sama punya kepentingan agar Resolusi Jihad yang diikarkan 22 Oktober 1945 itu tidak hilang dari sejarah perjuangan bangsa," tambah Afifuddin. Sementara, ketua rombongan Kirab Resolusi Jihad Sumut Drs Ance Selian mengatakan, rombongan kirab yang dipimpinnya diberangkatkan dari Pesantren Musthafawiyah Purbabaru, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Senin (19/10) lalu, kemudian menempuh rute Kota Padang Sidimpuan, Gunung Tua Paluta, Kotapinang Labusel, Rantau Prapat Labuhan Batu, Aek Kanopan Labura, Kota Tanjung Balai, Kisaran Asahan, Siantar, Tebing Tinggi, Lubuk Pakam dan tiba di Medan, Kamis. Dia mengucapkan terima kasih kepada PWNU Sumut yang memfasilitasi perjalanan kirab, sehingga bisa berjalanan dengan sukses. "Alhamdulillah, tak satupun Pengurus Cabang NU yang kami kunjungi di rute yang kami lewati menolak kedatangan rombongan kirab. Kami disambut dengan hangat dan rasa kekeluargaan," ujar Ance. Red: Mukafi Niam Sumber: NU Online