Pengurus Kopri PMII Minahasa mengadakan seminar refleksi Hari Pahlawan di Universitas Manado, Selasa (10/11). Pada forum yang dihadiri Kopri PMII yang ada di Sulawesi Utara, mereka membicarakan tantangan dan agenda gerakan perempuan Indonesia ke depan.

Ketua Kopri PMII Minahasa Yayang Aulia Ismayatie menegaskan bahwa peringatan 10 November tidak hanya dimaknai dan diperingati dengan seremonial, tetapi harus menjadi bahan renungan dan evaluasi bersama sebagai kaum muda Indonesia. “Kita tidak sedang menghadapi perang konvensional seperti masa revolusi kemerdekaan, bangsa indonesia saat ini menghadapi perang yang tidak kalah dahsyat di segala lini,” kata Yayang. Menurutnya, kaum muda dan khususnya perempuan harus memerhatikan situasi geopolitik dan geoekonomi yang terus bergerak di kawasan Asia Pasifik, tentunya bisa mengancam Indonesia. Konflik Laut Cina Selatan bisa meletus kapan saja, dan Indonesia khususnya Sulawesi Utara pasti terkena dampaknya. Di bidang ideologi, bangsa ini dihadapkan pada masifnya gerakan ideologi transnasional di mana muncul gerakan ekstrem keagamaan, radikalisme, dan wahabisme yang mencoba memecah belah kerukunan antarumat beragama dan mengancam integritas negara kesatuan Republik Indonesia yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan kita. “Di bidang ekonomi, Indonesia juga menghadapi perang mata uang global, di mana masing-masing negara sengaja melemahkan mata uangnya terhadap mata uang negara lain, dengan tujuan mempermudah ekspor,” tegas Yayang. Penyelenggara forum ini menghadirkan narasumber Riane Elean dan dr. Itje Pangkey dari akademisi Universitas Negeri Manado. Acara ini juga dihadiri oleh para alumni PMII Minahasa. Tampak hadir Ketua PMII Bolmong Inca Ing Bangki dan Ketua Kopri PMII Manado Fauzia Soleman. (Red Alhafiz K) Sumber: NU Online