
Jangan Mudah Mengafirkan, Itu Penyakit!
Semarang, Unit kegiatan mahasiswa (UKM) Badan Penerbitan Pers Mahasiswa (BP2M) Universitas Negeri Semarang menggelar dialog keberagaman bertajuk ‘Membangun Harmoni dan Damai dalam Keberagamaan dan Kemajemukan’, Senin (23/11) bertempat di lantai dua gedung pusat kegiatan mahasiswa utama. Ratusan mahasiswa hadir memenuhi ruangan.
Hadir sebagai pembicara Prof Dr Ir Saratri Wilonoyudho (akademisi, Dosen Unnes), Dr Muhsin Jamil, MAg (Dekan Fakultas Ushuludin dan Humaniora UIN Walisongo), Ustadz Fuad Hamimi, (Juru Dakwah Jama'ah Ansharusyari'ah/JAS) Jawa Tengah.
Indonesia tak hanya beragam dalam hal ras, budaya hingga bahasa. Termasuk didalamnya adalah Syiah yang masuk ke Indonesia. Banyak fakta historis bisa kita peroleh yang menunjukkan Syiah menjadi bagian yang kuat mewarnai kehidupan masyarakat Islam Indonesia. Selain itu, perlunya kesadaran kita untuk memahami Syiah yang ada di Indonesia guna membangun dialog dan saling pendekatan antar mazhab (taqrib al-mazahib).
“Ke depan kita membuat proyek pendekatan Sunni dan Syiah, berfikir untuk ukhuwah (persaudaraan) dan bisa memberikan kontribusi dunia Islam,” ungkap Muhsin Jamil.
Intelektual muda NU ini mengingatkan, kaum Syiah masih bisa berangkat haji ke tanah suci Makkah. “Jangan mudah mengkafirkan orang lain, itu penyakit,” tegas Mukhsin. Syiah, katanya, juga bagian dari umat Islam. Cobalah sekarang ini kita kurang untuk tidak mudah mengkafirkan orang lain. Dengan begitu kita bisa berkoeksistensi, hidup bersama, berdampingan bisa duduk berdiri sama tinggi, tak lagi mempermasalahkan hal-hal yang bersifat remeh.
Prof Saratri lebih mengukuhkan bahwa pada masa yang akan datang yang perlu diwaspadai adalah pangan dan energi. Sudah seharusnya kita selesaikan perselisihan sesama saudara seiman dalam Islam untuk membangun harmoni.
“Kita harus mencari dan mencapainya bersama. Sudah tak zaman kita mengedepankan klaim kebenaran kita masing-masing,” ujar pembina BP2M UNNES itu. (Mukhamad Zulfa/Fathoni)
Sumber: NU Online
