Jakarta, NU Online
Mantan Ketua Umum PP Pagar Nusa KH Fuad Anwar mengajak para pendekar muda untuk menambah keterampilan menulis di luar keterampilan bela diri. Kiai Fuad mengatakan, pendekar Pagar Nusa perlu melihat peluang dan tantangan NU sesuai eranya.
“Dahulu perjuangan para pendekar menggunakan bambu runcing. Sekarang perjuangan harus ditambah dengan pena,” terang Gus Fuad Anwar saat mengisi diskusi rutin di Masjid an-Nahdliyyah PBNU, Selasa (17/11) malam.
Dengan perjuangan melalui pena, publik menjadi mengerti secara benar perjuangan santri dan pendekar NU. “Hari Santri yang sudah ditetapkan jangan sampai diisi oleh orang lain yang kemudian merusak citra santri itu sendiri. Momentum bagi kader muda Pagar Nusa selain menjaga amaliyah-amaliyah olah batin yang diwariskan juga harus menulis sejarahnya sendiri.”
Gus Fuad mencontohkan, selama ini penulis sejarah menulis secara bias terhadap santri sehingga peran santri terpinggirkan.
“Contoh kecil, perang Pangeran Diponegoro , seolah santri adalah pemberontak yang takluk kepada Belanda. Padahal di wilayah Mataraman dan Jawa Tengah santri bergerilya dan berjuang habis-habisan. Karenanya, kini sudah saatnya kita tulis kembali sejarah santri,” terang Gus Fuad.
Sementara narasumber lain forum ini Munawir Aziz mengatakan, Pagar Nusa tetap bisa berperan dalam era digital ini. Untuk siap melakukan perjuangan digital, pendekar Pagar Nusa harus meningkatkan kemampuan fisik dan batin, juga keterampilan menulis untuk membentuk opini dan isu.
“Fisik dan batin harus ditambah dengan keterampilan menulis,” terang Munawir yang kini diamanahkan sebagai Wakil Sekretaris LTN PBNU.
Kegiatan rutin Pagar Nusa ini diadakan setiap Selasa Kliwon malam. Mereka biasa mengawali acara rutin ini dengan isthigotsah. Mereka menutupnya dengan jabat tangan dan makan bersama. (Faridur Rohman/Alhafiz K)
Sumber: NU Online