Jakarta,
NU OnlineTidak ada yang ragu dengan kontribusi pesantren. Sejak masa perjuangan kemerdekaan hingga sekarang, pesantren terus berkontribusi dalam ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Bahkan, pesantren adalah penjaga Indonesia untuk tetap menjadi bangsa yang religius.

Pesan ini disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat memberikan sambutan pada Tasyakuran 54 Tahun Pondok Pesantren Darunnajah serta Penandatangan Piagam Wakaf Tanah dan Bangunan ke-2 seluas 602 Ha di Pesantren Darunnajah, Ulujami, Jakarta Selatan, Sabtu (28/11) seperti dikutip dari laman kemenag.go.id.
Hadir dalam kesempatan ini, Wapres Jusuf Kalla, beberapa pimpinan lembaga negara, KH Makruf Amin, pendiri pondok pesantren Darunnajah, beberapa Duta Besar dan perwakilan negara sahabat, Ketua pertimbangan MUI, pengasuh Pesantren Tebu Ireng KH Sholahuddin Wahid, serta wali murid dan ribuan santri Pesantren Darunnajah.
“Sejarah bangsa Indonesia mencatat bahwa para santri memiliki peran penting, berdiri di barisan terdepan dalam perebutan kekuasaan pada masa kemerdekaan dahulu,” tegas Menag.
Di usianya yang ke-54, Menag mengapresiasi Pesantren Darunnajah atas kontribusi besarnya dalam mendidik generasi bangsa dan mendakwahkan Islam yang moderat. Kepercayaan masyarakat terus menguat hingga asset pesantren terus berkembang bahkan hingga memiliki 602 hektar tanah wakaf, yang tidak banyak dimiliki pesantren lainnya.
Kembali ke Darunnajah, Menag mengaku seperti pulang kampung. Sebab, Menag berkesempatan bertemu dengan para ulama, kiai, dan guru yang sempat mendidiknya dahulu. “Pondok Pesantren Darunnajah sudah seperti rumah saya sendiri, karena dahulu saya pernah berada disini saat pelatihan penelitian,” terangnya.
Dikatakan Menag, pesantren adalah lembaga pendidikan khas Indonesia yang mengajarkan Islam
washatiyyah, Islam yang tidak ekstrim dan menebarkan
rahmatan lil alamin. “Pesantren di Indonesia mengajarkan Islam yang moderat,” tandas Menag.
Hasilnya, lanjut Menag, alumni pesantren menjadi pribadi yang rendah hati; ibarat padi, semakin berisi semakin merunduk. “Santri tidak mudah menyalah-nyalahkan, tidak mudah mengkafir-kafirkan. Santri bukan sosok yang mudah menumpahkan darah. Santri selalu mengajarkan cinta Tanah Air. ‘Inilah yang harus kita jaga,” pesan Menag.
Sementara itu, Wapres Jusuf Kalla (JK) menyampaikan bahwa mengabdi selama 54 tahun bukanlah hal mudah. Apalagi dalam pengabdian itu, Pesantren Darunnajah berhasil melahirkan generasi muda yang mengabdi kepada bangsa dan masyarakat.
“Keberadaan pesantren di Tanah Air mampu mengembangkan dan membangun bangsa sekaligus beramal dalam menjalankan fungsinya,” kata Wapres.
Wapres menambahkan, ciri utama pesantren pada kemandirian. Pesantren adalah pendidikan yang berbasis masyarakat, bukan berbasis APBN. “Sebab, masyarakat mempunyai kemampuan luar biasa dengan hal yang diwakafkan menjadi amal pada sesama,” paparnya.
Hal senada disampaikan Pendiri Pesantren Darunnajah KH Mahrus Amin. Menurutnya, Pesantren Darunnajah berdiri dengan semangat untuk memberi, bukan meminta. “Pesantren harus terus berdiri, bekerja dan berfikir apa yang bisa diberikan untuk memajukan bangsa Indonesia,” tandasnya.
Red: Mukafi Niam
Sumber:
NU Online