
Lokakarya kepenulisan yang bertempat di Aula Aswaja MWCNU Gapura Lantai II ini berlangsung interaktif. Materi menulis sastra cerpen dan puisi dilanjutkan dengan praktik langsung. Khairul Umam, Waka Kesiswaan MA Nasy’atul Muta’allimin menjelaskan, forum ini semata-mata diperuntukkan untuk memotivasi dan menjaga ghirah kepenulisan di kalangan pelajar dan santri. “Kenapa menulis? Karena menulis sebagian dari cara terbijak meraih keberhasilan. Menulis Dalam tutur bahasa Madura adalah TOLES: terro ontong langkong dhimin emolae kalaban serradan (terjemahan: Ingin untung maka mulailah dengan tulisan),” kata Sekretaris MWCNU Gapura ini. Sementara, Kepala MA Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur, KA Dardiri Zubairi mengatakan workshop kepenulisan ini mengarahkan pelajar dan santri untuk belajar sambil melakukan. “Menjadi penulis butuh nyali, nekad dan istiqamah sehingga menulis harus dijadikan hobi,” katanya. Membaca adalah dasar penting bagi seorang penulis sebagai gizi untuk menyuplai pengetahuan. Realitas hari ini seorang pelajar dan santri harus memiliki bekal untuk menghadapi perang pemikiran dan ideologi. “Khazanah pesantren harus ditulis dan didaur ulang untuk dihadirkan. Sebagai masyarakat yang memiliki akar tradisi kepesantrenan, maka pelajar dan santri harus Menulis sejarahnya sendiri. Jangan membiarkan pemikiran kita dijajah dan dijinakkan, dan sejarah kita sebagai masyarakat pesantren dipelintir,” tambah Wakil Ketua PCNU Sumenep ini. (Mahyudi/Mahbib) Sumber: NU Online