Sidoarjo,
Muntah atau gumoh pada bayi dan anak berusia kurang dari setahun yang secara umum nampak sehat sering memicu kekhawatiran orang tua. Hal ini menjadi salah satu pertanyaan dan penyebab tersering orang tua datang ke dokter.
Dokter spesialis anak Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar Sidoarjo dr Muji Retnaning Rini menjelaskan, ada beberapa tips untuk meminimalisir muntah dan gumoh pada bayi. Diantaranya, saat memberikan ASI kepada bayi, hindari berbaring. Jaga agar bayi tetap dalam posisi tegak sekitar 30 menit setelah menyusu.
“Bayi diletakkan di kursi akan meningkatkan tekanan pada perut. Hindari merangsang aktivitas yang berlebihan setelah bayi menyusu,” katanya kepada Ahad (22/11).
Ia menambahkan, melakukan kontrol jumlah ASI atau susu yang diberikan. Misal dengan memberikan ASI/susu dengan jumlah sedikit tapi sering. Sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menyusu.
Selain itu, lanjut dr Rini, sebelum memberikan ASI kepada bayi, cek lubang dot yang akan digunakan. Jika lubang terlalu kecil akan meningkatkan udara yang masuk. Jika terlalu besar, susu akan mengalir dengan cepat dan bisa memungkinkan bayi gumoh.
Hindari saat memberikan ASI ketika bayi sangat lapar, karena bayi akan tergesa-gesa saat minum sehingga akan menimbulkan udara masuk. Jika menyusui, posisi bayi dimiringkan. Kepalanya lebih tinggi dari kaki sehingga membentuk sudut 45 derajat. Jadi cairan yang masuk bisa turun ke bawah.
“Jangan mengangkat bayi saat gumoh atau muntah. Segera mengangkat bayi saat gumoh adalah berbahaya, karena muntah atau gumoh bisa turun lagi, masuk ke paru dan akhirnya malah mengganggu paru. Bisa terjadi radang paru dan sebaiknya miringkan atau tengkurapkan bayi. Biarkan saja ia muntah sampai tuntas jangan ditahan,” tegas dokter spesialis anak di rumah sakit NU ini.
Jika bayi mengeluarkan gumoh dari hidungnya, biarkan saja. Hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi. Muntah pada bayi bukan Cuma keluar dari mulut, akan tetapi juga bisa dari hidung.
Hal itu terjadi karena mulut, hidung dan tenggorokan punya saluran yang berhubungan. Pada saat muntah, ada sebagian yang keluar dari mulut dan sebagian dari hidung. Mungkin karena muntahnya banyak dan tak semuanya bisa keluar dari mulut, maka cairan itu mencari jalan keluar lewat hidung.
Bila si bayi tersedak dan muntahnya masuk ke saluran pernapasan dan paru-paru. Ini disebut aspirasi dan berbahaya. Lebih bahaya lagi jika si bayi tersedak susu yang sudah masuk ke lambung karena sudah mengandung asam dan akan merusak paru-paru. Untuk mencegah kemungkinan tersedak, agar setiap kali bayi muntah selalu dimiringkan badannya.
“Akan lebih baik jika sebelum si bayi muntah (saat menunjukkan tanda-tanda akan muntah) segera dimiringkan atau ditengkurapkan atau didirikan sambil ditepuk-tepuk punggungnya,” saran dr Rini.
Lebih lanjut dr Rini menyatakan, untuk mengetahui bahwa muntah atau gumoh berlebihan pada bayi yang mengarah pada hal patologis itu sangat penting. Namun, tidak perlu khawatir jika berat badan bertambah (dalam rentang normal), bayi tampak senang, pertumbuhan dan perkembangan bayi normal.
Begitu pun sebaliknya, yang perlu dikhawatiri jika penurunan berat badan atau tidak ada kenaikan berat badan, infeksi dada berulang, muntah disertai darah, bayi dehidrasi, gangguan pernafasan misalnya henti nafas, biru atau nafas pendek.
“Tanda awal adanya masalah dengan pemberian ASI/susu pada bayi antara lain, bayi tidak tenang, selalu rewel, gelisah sepanjang waktu, bayi tidak ingin menyusu (tidak nafsu), bayi selalu menangis saat atau setelah menyusu, bayi muntah atau gumoh secara berlebihan yang berulang dan sering,” terangnya.
dr Rini menegaskan bahwa penggunaan anti muntah pada bayi dan anak tanpa mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat diidentifikasi. (Moh Kholidun/Abdullah Alawi)
Sumber: NU Online