Skip to content

emka.web.id

Menu
  • Home
  • Indeks Artikel
  • Tutorial
  • Tentang Kami
Menu

Gus Sholah Ajak Netizen Lawan Radikalisme di Medsos

Posted on December 22, 2015 by Syauqi Wiryahasana
Bogor, Makin ramainya perdebatan soal keyakinan di media sosial dan di beberapa website sudah memunculkan keresahan di kalangan generasi muda. Persoalan tersebut sebenarnya tidak perlu diributkan. Sebab, tantangan utama bangsa ini bukan perbedaan keyakinan, melainkan kemiskinan, separatisme, penggangguran, korupsi, karakter yang lemah, serta daya saing bangsa yang rendah. Apalagi, awal tahun 2016 Indonesia akan menghadapi pasar bebas. Direktur Eksekutif Komunikonten Hariqo Wibawa Satria melontarkan imbauan itu dalam diskusi tentang radikalisme di media sosial di Gedung Pusat Pengembangan Islam Bogor (PPIB), Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (21/12) sore. Pembicara lain di antaranya adalah Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dan Wali Kota Bogor Bima Arya. Namun demikian, isu radikalisme atas nama apapun dan usaha memecah belah antar anak bangsa ini, menurut Hariqo, harus tetap diwaspadai dan dilawan. "Jangan sampai gara-gara sibuk mikirin keyakinan orang kita lupa kepentingan nasional," kata alumnus Pondok Modern Gontor ini. Hariqo Wibawa mengungkapkan, pihaknya selama ini banyak menemukan fakta-fakta di media sosial yang menyerang keyakinan agama seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha bahkan Konghucu. Penyerangan ini, katanya, dilakukan oleh sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab dengan menggunakan akun twitter, facebook, youtube, dan lain-lain. Sebagian pelakunya menggunakan akun anonim. "Ini maksudnya jelas adu domba, agar Indonesia tidak fokus membangun peradaban. Ini haters Indonesia," ungkapnya. Untuk mencegah hal tersebut, alumnus Pondok Modern Gontor ini meminta anak-anak muda harus berjiwa detektif di media sosial. Pasalnya, di media sosial, kata Hariqo, minimal ada dua jenis pengguna, yakni pengguna biasa dan pengguna sekaligus peneliti. "Bedanya dikit aja, pengguna biasa semua informasi langsung disebar. Sedangkan bagi pengguna berjiwa peneliti, informasi yang diterima pasti akan dicek dulu sumbernya, akun mana yang menyebar, lalu dicek isinya," jelas Hariqo. Hariqo melanjutkan, pengguna media sosial berjiwa detektif ini semakin banyak jumlahnya, apalagi sekarang akses internet sudah mulai cepat di banyak wilayah. "Oleh karena itu tugas kita adalah memasukan sebanyak-banyaknya konten yang benar dan positif ke internet, kalau bisa berbahasa inggris," tutup Hariqo dalam presentasinya yang dihadiri 247 orang ini. Sementara Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid mengajak pengguna media sosial melawan radikalisme di media sosial dengan bahasa yang baik, santun dan argumen yang kuat. Menurutnya, kebhinnekaan di Indonesia merupakan fakta yang tak terbantahkan. "Sejak dulu kita ini sudah beragam, dan ini kekuatan kita. Soal mengelola keberagaman jangan mencontoh beberapa negara yang berkonflik di timur tengah, justru mereka yang harus belajar ke Indonesia," jelas Gus Sholah. Pembicara lainnya, Wali Kota Bogor Bima Arya menekankan  pentingnya kehadiran tokoh-tokoh pemersatu seperti Gus Solah di media sosial. "Jumlah akun anonim ini ternyata banyak juga, sementara akun-akun nyata yang mencerahkan seperti Gus Sholah bertambah, tapi pertambahannya tidak sebanyak akun-akun anonim," ungkap Alumnus Universitas Parahayangan Bandung ini. (Red: Mahbib) Sumber: NU Online
Seedbacklink

Recent Posts

TENTANG EMKA.WEB>ID

EMKA.WEB.ID adalah blog seputar teknologi informasi, edukasi dan ke-NU-an yang hadir sejak tahun 2011. Kontak: kontak@emka.web.id.

©2024 emka.web.id Proudly powered by wpStatically