Perekat itu Adalah Kedekatan Santri-Kiai
KENDAL - Perekat jam’iyyah NU dulu bukanlah organisasi tetapi hubungan antara guru dengan murid atau kiai dengan santri serta para alumni madrasah atau pesantren.
Kekuatan-kekuatan tersebut menurutnya telah dapat menumpas berbagai pemberontakan, seperti pemberontakan PKI atau DI/TII. Bahkan Resolusi jihad digerakan juga tidak lepas dari hubungan tersebut.
Demikian disampaikan Katib Syuriyah PW NU Jawa Tengah KH Ubaidillah Sodaqoh saat memberi pengarahan pada pembukaan Konfercab NU Kendal di Pesantren APIK Kaliwungu, 7-8 Juli 2012.
Ia berharap hubungan kiai dengan santri maupun alumni sebagai perekat jam’iyyah NU untuk tetap dipelihara karena hubungan itu pada masa lampau telah terbukti menjadi kekuatan luar biasa yang mampu membentengi NU dan bangsa dari segala rongrongan yang memcoba mencerai beraikan keberadaan NU maupun NKRI.
Namun demikian dalam pengamatannya, sekarang hubungan tersebut mulai memudar. Dikatakannya, dulu ahli agama itu datang dari pesantren. Sekarang ahli agama tidak hanya lahir dari pesantren namun juga dari perguruan tinggi Islam seperti IAIN.
Sementara di IAIN, dosen sudah banyak yang dari luar negeri. Ada yang dari Amerika, Belanda dan seterusnya, belum lagi yang dari Timur Tengah seperti Mesir yang kadang membawa paham wahabi. Dengan berbagai macam latar belakang itu tentu para dosen tersebut mempunyai pola pikir sendiri-sendiri
Lebih lanjut kiai Ubaidillah menjelaskan karena perkembangan ternologi informasi, guru pesantren sekarang juga tidak hanya ada di pesantren, karena sekarang ada pesantren virtual (dunia maya). Anak-anak NU menurutnya juga banyak yang belajar dari mereka.
Pengaruh pendidikan dan tenologi tersebut sedikit banyak telah memudarkan hubungan erat kiai dengan santri hal itu disebabkan kyai bukan lagi menjadi satu-satunya pusat informasi bagi santri maupun alumni.
Banyak peran kiai sekarang diambil alih oleh pihak lain. Dicontohkan dulu petani mau bercocok tanam konsultasi pada kiai,sekarang peran itu sudah diambil alih oleh penyuluh pertanian. Ketika kondisi ini tidak bisa dielakkan, maka tinggal bagaimana NU menyiasati kondisi semacam ini.
“Oleh karenanya NU dituntut rapi berorganisasi dan harus punya kemampuan antisipasi tidak sekedar merespon masalah–masalah yang muncul di masyarakat,” pungkasnya. Sumber: NU Online