Slamet Effendy: Perlu Pemetaan dan Eliminasi Kekuatan Baasyir
Jakarta, NU Online
Abu Bakar Baasyir, amir Jamaah Ansorut Tauhid (JAT) telah divonis 15 tahun penjara atas tuduhan tindakan pelatihan terorisme di Aceh. Pemberian hukuman ini merupakan upaya untuk mengeliminasi tindakan radikalisme dan terorisme di Indonesia, tetapi apakah efek yang ditimbulkan demikian, masih menjadi pertanyaan serius.
Ketua PBNU H Slamet Effendy Yusuf berharap agar pemberian hukuman ini dapat menenangkan masyarakat, tetapi ia juga mengkhawatirkan efek sebaliknya yang bisa timbul jika tidak disertai dengan langkah-langkah selanjutnya karena Baasyir sudah menanamkan virus-virus ideologi yang diyakininya kepada para pengikutnya.
“Yang terpenting sekarang memetakan pengaruh dan bagaimana mengeliminasinya,” katanya, Ahad (19/6).
Jika Baasyir sudah memiliki banyak pengikut militan, maka keberadaannya dalam penjara malah bisa menjadi inspirasi untuk melakukan tindakan balasan dalam bentuk kekerasan. Kesan tersebut muncul, khususnya pada saat dibacakannya vonis dimana para pengikutnya berteriak-teriak, yang menunjukkan bahwa hukuman yang dijatuhkan untuk tokoh panutan meraka adalah tindakan dholim.
Karena itu sangat penting upaya debaasyirisasi sebagai upaya penyadaran kepada para pengikutnya agar tidak menimbulkan permusuhan. Umat Islam sendiri juga perlu bergerak dalam proses penyadaran tersebut, terutama terkait dengan konsep negara nasional NKRI.
“Pemerintah juga tidak boleh jumawa, terlalu percaya diri mampu mengatasi radikalisme tanpa melibatkan ulama-ulama nasionalis,” tandasnya.
Aparat keamanan, kata Mantan Ketua Umum GP Ansor ini, juga perlu memahami prinsip-prinsip keagamaan Baasyir, lalu dirumuskan dan dibicarakan dengan ulama moderat.
Menurutnya, upaya pemberantasan terorisme melalui Badan Nasional Penangulangan Terorisme (BNPT) sejauh ini kurang melibatkan masyarakat, terbukti PBNU sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, sekaligus beraliran moderat tak banyak diajak bicara. “Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj sendiri bilang tak pernah diajak bicara,” paparnya.
Di luar kelompok Baasyir, tak banyak yang mengerti karena ajarannya disiarkan secara klandestein. Masyarakat ngertinya hanya dari informasi yang disampaikan aparat keamanan.
Ia juga berharap aparat kepolisian yang memberikan penjelasan tak asal pejabat, tetapi oarng yang benar-benar memahami dan bisa menerangkan dengan gamblang kepada masyarakat sehingga tidak disalahartikan.
Ia percaya, masyarakat Indonesia secara umum bersikap kritis terhadap Baasyir karena pengasuh pesantren Ngruki ini tidak pernah memiliki rekam jejak yang menunjukkan pembelaan dan perjuangannya kepada NKRI, padahal mayoritas rakyat Indonesia meyakini konsep negara Indonesia sudah final.