Yogyakata, Soal wakaf, di NU yang relatif tidak ada masalah terjadi di pesantren walaupun dalam beberapa aspek belum seluruhnya tergarap. Di sekolah-sekolah NU, masalah tersebut kira-kira baru tertangani 50 persen. Yang sangat memprihatinkan adalah mushala dan masjid yang baru 10 persen tergarap.
Demikian disampaikan Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DI Yogyakarta KH Munawir AF dalam acara Penyuluhan Wakaf bagi Ormas Islam yang diadakan PWNU DIY di kantor PWNU setempat, Jalan MT Haryono Nomor 40-42, Sabtu (19/12) pagi.
“Salah satu problem NU adalah uang. Untuk mensertifikatkan wakaf persoalannya adalah uang. Problem kedua adalah males, tidak peka terhadap UU Perwakafan. Mungkin sudah ciri bahwa orang NU males,” sindir kiai yang kerap disapa Pak Wing ini.
Pak Wing menambahkan, manajemen menjadi problem berikutnya yang dihadapi NU. “NU itu pintar kalau me-manage Pesantren. Tetapi me-manage organisasi itu sulitnya minta ampun,” kesahnya.
Begitu juga, lanjutnya, ketika mengurus kegiatan bersama-sama. Kalau membuat pondok pintar, sebab satu tangan. Tapi kalau membuat universitas cenderung sulit karena harus dilakukan banyak pihak dan secara terorganisasi.
“Mestinya dengan pengalaman dan pengetahuan mengenai Islam, kita harus semangat. Tapi kok terbalik,” ajaknya.
Karena itu, tambahnya, dengan kelemahan yang ada, menjadi tonggak kita untuk menata NU di dalam perwakafan. Dengan mengetahui kelemahan kita, bisa menata perwakafan.
Acara yang mengusung tema “Optimalisasi Peran Pengurus dalam Pengelolaan Aset Wakaf Organisasi” ini juga menghadirkan Masrudin sebagai pembicara. Para peserta terdiri atas para pengurus PWNU dan pengurus badan otonom dilingkungan PWNU DIY. (Suhendra/Mahbib)
Sumber: NU Online