Skip to content

emka.web.id

menulis pengetahuan – merekam peradaban

Menu
  • Home
  • Tutorial
  • Makalah
  • Ke-NU-an
  • Kabar
  • Search
Menu

Membangun Peradaban atau Gedung Megah?

Posted on April 23, 2022

Kliping Pemikiran Islam, Ditulis oleh Enzen Okta Rifai, Lc.

Sikap istiqomah, bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia sangat identik dengan ketekunan, konsistensi dan kesabaran. Orang Jawa sering menyebutnya “ajeg”.  Tokoh sepakbola dunia, Lionel Messi, sejak kecil menekuni sepakbola karena ia menyadari punya bakat dan potensi besar di bidang itu. Demikian halnya dengan tokoh sekelas kampung seperti Lalu Muhamad Zohri ataupun Gracia Polly yang sejak kecil senang berlari dan bermain bulutangkis, walaupun hanya menggunakan raket piring yang diambil dari rak dapur.

Jalan kemanfaatan bagi banyak orang niscaya akan terbuka jika seseorang mau serius menekuni bidang yang digelutinya. Karena memang, kesuksesan itu bukanlah sesuatu yang serba instan, sebagaimana kesuksesan semu yang diraih Doni Salmanan maupun Indra Kenz dan kawan-kawannya. Orang yang istiqomah tak mempedulikan adanya apresiasi atas karyanya maupun tidak, namun ia tetap gigih berjuang karena rasa cinta terhadap apa yang ditekuninya itu.

Berkat ketekunan dan kegigihan pula, kita mengenal Thomas Alva Edison, yang sejak abad ke-19 mulai membuka jaringan listrik untuk kepentingan publik, dan berhasil membuat kota New York terang-benderang meskipun baru sekitar 4 jam dalam sehari. Berkat sikap istiqomah pula kita mengenal seorang Marie Curie yang sangat berjasa di dunia kedokteran, juga Gutenberg sang penemu mesin cetak yang membuat kita bisa mencetak buku dan kitab-kitab suci tersebar luas hingga jutaan dan milyaran eksemplar.
Baca juga:  Pesantren dan Wajah Islam Kultural di NusantaraKetekunan Al-Ghazali
Kota kelahiran Al-Ghazali (Thus-Thabaran) bukanlah Makkah maupun Madinah yang dijamin kelestariannya. Thus kini telah menjadi kota mati, yang tersisa hanyalah puing-puing bebatuan dari masa lalu di tengah hamparan padang yang sangat luas. Makam Al-Ghazali sendiri masih simpang-siur, entah dikubunrkan di mana. Beberapa waktu lalu, pemerintah Iran mengeksavasi reruntuhan mauselum di sekitar Thus, yang diyakini sebagai makam Al-Ghazali. Di abad ke-19 tempat itu dikenal sebagai makam Raja Harun al-Rasyid yang ternyata dikuburkan di kota tetangga Thus, yakni kota Masyhad.

Kepastian di mana Al-Ghazali dimakamkan, masih menjadi tanda-tanya berbagai kalangan. Tetapi yang sudah pasti, keabadian karya-karyanya, membuktikan bahwa Al-Ghazali adalah sosok yang pantas dinobatkan dalam simbol “menulis untuk keabadian”.

Hasil dari ketekunan dan ketelitian Al-Ghazali masih terus dibaca jutaan pemikir dan intelektual di seluruh dunia, baik dari kalangan muslim maupun non-muslim. Bukunya yang terkenal “Ihya Ulumiddin” dan “Maqashid al-Falasifah”  terus dikaji dan dikaji ulang, diteliti, dianalisis, bahkan dibahas dan didiskusikan secara terbuka oleh musuh-musuh intelektualnya sekalipun.

Karya-karya Al-Ghazali diterjemahkan ke dalam ratusan bahasa dunia, bahkan dalam bahasa Latin dan Ibrani. Banyak kalangan intelektual Kristen maupun Yahudi ikut menerjemahkannya pula. Di antaranya, kitab Misykat al-Anwar hingga Tahafut al-Falasifah. Bahkan, kitab-kitab tentang sufistik terus dibaca dan dikaji ulang oleh para mahasiswa Indonesia dan dunia hingga saat ini.
Baca juga:  Ikhtiar Kafe Basabasi Menggerakkan Tradisi LiterasiEfek dari ketekunan
Dalam otobiografinya, al-Munqidz min adh-Dhalal, Al-Ghazali bercerita bahwa dirinya banyak berkonsultasi dengan orang-orang yang memiliki mata batin (arbab al-qulub wal musyahadah), terutama ketika ia menjalani uzlah dan menempuh jalur tasawuf.

Prestasi Al-Ghazali yang sangat gemilang di dunia intelektual, bukan karena ia pernah mengajar di perguruan tinggi An-Nizhamiyah, meskipun ia menyadari proses kreatifnya yang luar biasa telah ditempuh saat ia mengajar di perguruan tinggi tersebut.

Bisa dibayangkan, jika dilihat secara retrospektif 900 tahun lebih setelah wafatnya, Al-Ghazali terus memiliki pengaruh yang luar biasa masif, khususnya di dunia intelektual Islam. Ia telah mewariskan karya-karya yang sangat otoritatif dan diriwayatkan oleh sekian banyak murid yang memiliki sanad keilmuan, yang terus saling bersinambung hingga memasuki era milenial ini.

Ini membuktikan bahwa adagium “menulis untuk keabadian”, sangat tepat jika kita menilik seorang pemikir dan intelektual produktif seperti Al-Ghazali. Hal ini pun mengingatkan kita pada ungkapan sederhana dari sastrawan Pramoedya Ananta Toer, yang disampaikannya kepada penulis asal Banten, Hafis Azhari,  bahwa, “Semegah apapun bangunan gedung, dan sehebat apapun pengetahuan yang Anda miliki, kalau Anda tak mampu menggoreskannya dalam bentuk tulisan, dalam waktu dekat ia hanya akan menjelma sebagai puing-puing reruntuhan dalam batas-batas usia Anda!” (*)
Baca juga:  Kenapa Strategi Pemerintah dalam Menghadapi Radikalisme Membingungkan?
 

 

Baca Juga

Artikel ini di kliping dari Alif.id sebagai kliping/arsip saja. Segala perubahan informasi, penyuntingan terbaru dan keterkaitan lain bisa dilihat di sumber.

Terbaru

  • Profil Farida Farichah, Wakil Menteri Koperasi Kabinet Merah Putih Reshuffle 17 September 2025
  • Ini Info Terbaru Pencairan BSU BPJS Ketenagakerjaan 2025!
  • Cara Reset Printer Epson L3110 2025
  • WhatsApp Tiba-tiba Keluar dan Meminta Verifikasi: Apa yang Harus Dilakukan?
  • Bisakah Saldo BNI Kamu Nol? Fakta dan Cara Mengatasinya
  • Inilah Tanda-tanda Chat Audio di Grup WhatsApp Sudah Disadap
  • Cara Mengatasi Tidak Bisa Live Instagram Karena Tidak Memenuhi Syarat
  • 7 Spek Laptop yang Ideal untuk Coding & Ngoding Web/App
  • Keuntungan dan Kerugian Menggunakan PayPal: Panduan Lengkap
  • Cara Menggunakan Stellarium Web
  • Cara Menghapus Data KTP Pribadi di Pinjol yang Belum Lunas
  • Cara Mengganti Nomor TikTok yang Tidak Aktif atau Hilang Tanpa Verifikasi
  • Cara Menggunakan BCA PayLater Terbaru 2025
  • Cara Mendapatkan IMPoint Indosat IM3 Ooredoo Gratis via MyIM3
  • Apa Arti TikTok ‘Shared With You’?
  • Cara Menghapus Data KTP di Pinjol: Panduan Lengkap
  • Cara Download WhatsApp GB Terbaru 2025 – Fitur Lengkap & Aman
  • Review WhatsApp Beta: Apakah Aman? Cara Instal dan Cara Keluar
  • Bebong: Makna, Asal Usul, dan Penggunaan dalam Bahasa Indonesia
  • Spinjam dan Spaylater: Apa yang Terjadi Jika Terlambat Membayar dan Bisakah Meminjam Lagi?
  • Cara Download dan Menonton Dood Stream Tanpa Iklan – Doods Pro
  • Cara Menghentikan dan Mengatasi Pinjol Ilegal
  • Kode Bank BRI untuk Transfer ke PayPal
  • Cara Menyadap WhatsApp Tanpa Aplikasi dan Kode QR
  • Apa yang Terjadi Jika Telat Bayar Shopee PayLater?
  • Telat Bayar Listrik 1 Hari: Apa yang Terjadi?
  • Cara Mengunduh Foto Profil WhatsApp Teman di Android, iPhone, dan PC/Mac
  • Rekomendasi Aplikasi Edit Foto Ringan Terbaik untuk PC Windows dan macOS
  • Cara Membeli Diamond Mobile Legends Menggunakan Pulsa Telkomsel
  • Tutorial Menggunakan Aplikasi Dana: Cara Top Up Dana dengan Mudah, Cepat, dan Murah untuk Pemula
  • Profil Farida Farichah, Wakil Menteri Koperasi Kabinet Merah Putih Reshuffle 17 September 2025
  • Ini Info Terbaru Pencairan BSU BPJS Ketenagakerjaan 2025!
  • Cara Reset Printer Epson L3110 2025

©2025 emka.web.id | Design: Newspaperly WordPress Theme