Skip to content

emka.web.id

Menu
  • Home
  • Indeks Artikel
  • Tutorial
  • Tentang Kami
Menu

Misteri Syiir Tanpo Waton Gus Dur

Posted on October 16, 2011 by Syauqi Wiryahasana
Malam itu, selepas maghrib, ibu-ibu jama’ah Muslimat berdatangan ke rumah salah satu warga di RT 01 RW 06 Kelurahan Dinoyo, Malang, Jawa Timur. Mereka akan mengikuti pembacaan Yasiin dan Tahlil bulanan. Sambil menunggu semua jama’ah hadir, seorang ibu mengambil micrphone dan mulai melantunkan bacaan shalawat yang mereka sebut dengan Shalawat Gus Dur. Segera setelah itu semua jamaah yang telah hadir turut bershalawat. Lantunan shalawat ini menjadi penanda akan dimulainya kegiatan. Di daerah Malang dan sekitarnya, Shalawat Gus Dur, atau dinamakan Syi’ir tanpo Waton, syair tanpa judul, ini sekarang sedang populer. Shalawat ini dibaca dalam acara-acara kegamaan seperti tahlilan, tasyakuran, lailatul ijtima’, bahkan dalam rapat-rapat organisasi dan pertemuan ibu-ibu arisan.  Banyak warga yang hapal di luar kepala, meski syair ini agak panjang. Mungkin bukan hanya karena kandungan syairnya yang sangat mendalam, namun karena dilantunkan dengan lagu yang merdu dan menyayat hati. Beberapa orang mengaku merinding mendengarnya. Dimulai dengan bacaan istighfar, lalu diikuti bacaan Shalawat, dan dilanjutkan dengan bait-bait syair dalam bahasa Jawa yang cukup bagus, dan ditutup dengan bacaan shalawat lagi, berikut ini: Astaghfirullah rabbal baroya Astaghfirullah minal khotoya Robbi zidni ‘ilman nafi’a Wawafiqni amalan sholiha Yarasullah… Salamun alaik Ya rafi’a syani wadaraji Athfatayyaji ratal ‘alami Ya uhailalju diwal karomi Ngawiti ingsun nglaras syi’iran Kelawan muji maring Pengeran Kang paring rohmat lan kenikmatan Rino wengine tanpo pitungan Duh bolo konco priyo wanito Ojo mung ngaji syareat bloko Gur pinter ndongeng nulis lan moco Tembe mburine bakal sengsoro Akeh kang apal Qur’an Haditse Seneng ngafirke marang liyane Kafire dewe dak digatekke Yen isih kotor ati akale Gampang kabujuk nafsu angkoro Ing pepaese gebyare ndunyo Iri lan meri sugihe tonggo Mulo atine peteng lan nisto Ayo sedulur jo nglaleake Wajibe ngaji sak pranatane Nggo ngandelake iman tauhide Baguse sangu mulyo matine Kang aran sholeh bagus atine Kerono mapan seri ngelmune Laku thoriqot lan ma’rifate Ugo haqiqot manjing rasane Al Qur’an qodim wahyu minulyo Tanpo tinulis biso diwoco Iku wejangan guru waskito Den tancepake ing jero dodo Kumantil ati lan pikiran Mrasuk ing badan kabeh jeroan Mu’jizat Rosul dadi pedoman Minongko dalan manjinge iman Kelawan Alloh Kang Moho Suci Kudu rangkulan rino lan wengi Ditirakati diriyadohi Dzikir lan suluk jo nganti lali Uripe ayem rumongso aman Dununge roso tondo yen iman Sabar narimo najan pas-pasan Kabeh tinakdir saking Pengeran Kelawan konco dulur lan tonggo Kang podho rukun ojo dursilo Iku sunahe Rosul kang mulyo Nabi Muhammad panutan kito Ayo nglakoni sakabehane Alloh kang bakal ngangkat drajate Senajan asor toto dhohire Ananging mulyo maqom drajate Lamun palastro ing pungkasane Ora kesasar roh lan sukmane Den gadang Alloh swargo manggone Utuh mayite ugo ulese Di Pasar tradisional Dinoyo, Malang, shalawat Gus Dur ini diputar dengan pengeras suara. Bukan oleh penjual kaset, namun langsung dari kantor pengelola pasar. Shalawat Gus mengiringi keriuhan pasar. Bukan hanya itu, beberapa masjid di daerah Malang, Pasuruan, sampai Surabaya memutar shalawat Gus Dur ini menjelang adzan, menggantikan bacaan tarhim yang sudah umum. Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang KH Marzuki Mustamar yang mempunyai forum pertemuan rutin bertajuk “Cangkru’an Gus Dur” mengaku ikut mengembangkan shalawat ini. Ia pun yakin, yang melantunkan syi’ir itu benar-benar Gus Dur. “Semua sudah menyebut ini shalawat Gus Dur koK,” katanya. Shalawat Gus Dur ini mulai populer beberapa bulan setelah Gus Dur meninggal dunia. Pada akhir tahun 2010, NU Online sudah menjumpai shalawat ini dipasarkan oleh para penjual kaset di salah satu pasar tradisional di Kediri, Jawa Timur. Belakangan diketahui kaset shalawat Gus Dur sudah beredar di Jombang, daerah kelahiran Gus Dur sendiri. Kaset Shalawat Gus Dur dirangkai dengan doa Abu Nawas yang dilantunkan Gus Dur dan beberapa kegiatan yang diselenggarakan untuk Gus Dur, termasuk juga talkshow bersama Gus Dur di salah satu stasiun televisi swasta, dan prosesi pemakaman Gus Dur. Namun siapa bisa memastikan kalau pelantun Syi’ir Tanpo Waton itu benar-benar Gus Dur? Kapan Gus Dur melakukan rekaman? Beberapa orang belakangan mempertanyakannya. Alisa Qothrunnada, putri tertua Gus Dur masih ragu pelantun shalawat ini adalah ayahnya sendiri. Pasalnya Syi’ir Tanpo Waton ini pun belum pernah dikenalkan Gus Dur kepada putri-putrinya, berbeda dengan syair Abu Nawas, Rabiah Adawiyah atau pun shalawat badar. Suara pelantun Syi’ir Tanpo Waton itu, kata Lisa, terkadang seperti Gus Dur. Namun sebentar kemudian seperti bukan Gus Dur. “Ada bagian yang memang mirip Gus Dur, tapi pada bagian lain tidak,” katanya. Agak aneh memang. Sumber: NU Online
Seedbacklink

Recent Posts

TENTANG EMKA.WEB>ID

EMKA.WEB.ID adalah blog seputar teknologi informasi, edukasi dan ke-NU-an yang hadir sejak tahun 2011. Kontak: kontak@emka.web.id.

©2024 emka.web.id Proudly powered by wpStatically