NU Sumbar: Semua Pihak harus Kompak Pelihara Nilai-Nilai Agama
Batusangkar, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Propinsi Sumatera Barat Prof Dr H Asassriwarni mengharapkan semua pihak di negeri ini, pemerintah, pemuka masyarakat dari seluruh unsur dan lapisan, baik secara formal maupun non formal, sampai kepada setiap orangtua di rumahtangga, memiliki kemauan kuat dan kerja keras, bekerjasama dan kompak memelihara nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
”Kita semua harus punya jiwa pengorbanan dan komitmen yang kuat untuk memerangi setiap bentuk perbuatan munkar yang terjadi kehidupan dalam masyarakat,” kata Asassri dalam khutbah shalat Idul Fitri di lapangan Cinduamato Batusangkar, Rabu (30/8/2011). Shalat Idul Fitri yang dihadiri Bupati Tanah Datar Shadiq Pasadigu dan Muspida setempat.
Dikatakan Asasri, kita semua harus bersatu padu dalam memberantas segala bentuk penyakit masyarakat. Seperti judi, minum minuman keras, pergaulan bebas dan pornografi. Sebab semua itu adalah virus-virus yang akan menghancur tatanan moral dan akhlak serta ekonomi masyarakat.
”Hal yang tidak kalah penting berkenaan dengan itu adalah, kita harus memberikan contoh tauladan yang baik, yang dimulai dari diri masing-masing. Suatu hal yang sia-sia, mengharapkan kehidupan masyarakat madani, apabila orangtua dan pemuka masyarakat masih melakukan perbuatan-perbuatan yang bertolak belakang dengan nilai-nilai agama,” tambah Asasriwarni yang juga Pembantu Rektor III IAIN Imam Bonjol Padang ini.
Asasriwarni mengajak semua kaum muslimin dan muslimat untuk melestarikan dan tetap mengamalkan nilai-nilai Ramadhan yang tertanam dalam jiwa masing-masing, sebagai buah dari ibadah dan amal shaleh yang dilakukan selama bulan Ramadhan. Janganlah sampai termasuk orang-orang yang melakukan perbuatan munkar, setelah selama sebulan penuh berupaya membersihkan diri.
”Perlu dipahami, apapun bentuk perbuatan munkar yang berlangsung dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti perkelahian, pembunuhan, perkosaan, perzinaan, perjudian, narkoba, korupsi, maling, rampok dan sebagainya, semuanya adalah akibat dari ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan diri ketika berupaya memenuhi berbagai kebutuhannya atau dalam menghadapi suatu masalah,” kata Asasriwarni.
Seperti diketahui bersama, sejak di penghujung tahun 2006 dan di awal tahun 2007, 2008 – 2010 bahkan sampai sekarang, secara nasional dan lokal, bangsa Indonesia diingatkan Allah melalui bencana demi bencana. Ketika badai mengamuk dan laut terasa ganas, para penumpang perahu dan kapal berseru "Yaa Allah". Ketika pengendara Unta dan kafilah tersesat di tengah padang pasir, mereka akan berteriak "Yaa Allah". Ketika bumi digoyang gempa, banjir dan longsor kembali terjadi, kita semua merintih "Yaa Allah". Ketika semua usaha berakhir dengan kegagalan, semua harapan hilang, lalu semua jalan tertutup, lantas kita berucap "Yaa Allah".
”Kepada Allah naik semua kata-kata yang baik dan yang tulus, air mata orang yang tidak berdosa, dan rintihan para korban musibah. Tangan dan mata dipanjatkan kepada-Nya, di saat kesulitan dan ketidakmujuran. Lidah melantunkan rintihan do'a dan memanggil manggil nama-Nya. Hatipun mendapatkan kedamaian, jiwa memperoleh ketenangan, urat saraf menjadi rileks dan fikiran menjadi bangkit. Ini semua bisa dicapai ketika kita mengingat asma Allah SWT dengan sungguh-sunguh,” kata Asasriwarni menambahkan.