Puluhan Ribu Warga Hadiri Haul Kiai Sholeh Pekuncen
Tegal, NU Online
Puluhan ribu warga mengadiri haul KH Sholeh Pekuncen di Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Kyai yang terkenal dengan kedermawanannya dan muhibin (cinta) dengan Habaib (keturunan) Rosulullah itu menyedot perhatian warga.
“Saya sendiri kurang tahu mengapa haul KH Sholeh pengunjung banyak sekali, bakan seminggu sebelumnya sudah ramai orang berziarah dan berjualan,” kata Wildan, mantan aktivis IPNU yang kebetulan rumahnya berdekatan dengan makam kyai Sholeh (10/7).
Menurut Wildan, haul Kiai Sholeh beda dengan haul yang lainya, mungkin karena karomah dari Kiai Sholeh yang sendiri mashur dengan kedermawanan.
“Kiai Sholeh dalam hidupnya dikenal dengan kedermawanannya, beliau sering membawa beras tiap hari Jumat dengan menaiki becak untuk dikirim langsung kepada orang-orang yang tidak mampu, bahkan kegiatan itu rutin dilakukannya sehingga beliau dikenal sebagai orang yang loman, padahal beliau sendiri bukan orang kaya. Sedang kecintaanya kepada habaib dibuktikan dengan tidak pernah menolak apabila mereka menjual sarung atau minyak wangi bahkan selalu memberi ketika mereka akan pulang,” cerita Wildan.
Sementara itu, Habib Mahdi Alatas dari Jakarta, salah satu pembicara dalam haul, mengatakan untuk selalu berpegang teguh kepada tradisi dan amalan ahlussunah wal jamaah, jangan terpengaruh dengan orang yang mengatakan bahwa haul itu bid’ah, ziarah kubur musyrik, marhabanan itu dolalah dan manakiban kultus yang diharamkan.
Bosan NU
"Saya tegaskan di sini, banyak orang yang bicara Islam tapi tidak tahu Islam. Islam yang ia tahu hanya jihad mengangkat senjata, bahkan membunuh boleh untuk sebuah tujuan yang katanya penegakan syariat Islam. Inikan keliru. Jadi jangan terpengaruh dengan pemikiran orang yang membid’ahkan amalan ahlussunah wal jamaah,” jelasnya.
Habib Mahdi juga menegaskan banyak orang NU yang bosan jadi orang NU. Buktinya, Kata Mahdi, tradisi dan amalan yang biasa dilakukan orang NU tidak dikenalkan kepada anak-anak mereka, bahkan banyak dari mereka yang alergi memasukan anaknya di lembaga milik NU.
“Di era sekarang banyak orang NU yang bosan jadi orang NU, banyak anaknya orang NU tidak diajari berziarah kubur, mengirim doa untuk kerabatnya yang sudah meninggal setiap malam jumat, membaca barzanji/ diba’i dan amalan lain yang menjadi tradisi orang NU sudah banyak ditinggalkan oleh generasi kita, apalagi munculnya kemajuan teknologi yang banyak memberi dampak negative dibanding positifnya terutama televisi dan internet yang tidak sehat dan tidak mendidik,” tegasnya.