Skip to content

emka.web.id

Menu
  • Home
  • Indeks Artikel
  • Tutorial
  • Tentang Kami
Menu

Indonesia Prasejarah, Benarkah Se-kaya itu?

Indonesia menyimpan jejak peradaban manusia purba yang sangat kaya dan panjang. Analisis terhadap goresan pada tulang hewan yang ditemukan di Sangiran pada tahun 2007 menunjukkan bahwa goresan tersebut dibuat 1,5 hingga 1,6 juta tahun lalu oleh alat dari cangkang kerang. Ini adalah bukti tertua keberadaan manusia purba di Indonesia. Fosil Homo erectus yang populer dengan sebutan "Manusia Jawa" pertama kali ditemukan oleh anatomis Belanda, Eugène Dubois di Trinil pada tahun 1891 dan diperkirakan berusia setidaknya 700.000 tahun. Fosil H. erectus lain dengan usia serupa ditemukan di Sangiran pada tahun 1930-an oleh antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, yang pada periode yang sama juga menemukan fosil di Ngandong beserta alat-alat yang lebih canggih, yang kemudian diperkirakan ulang pada tahun 2011 berusia antara 550.000 hingga 143.000 tahun. Pada tahun 1977, tengkorak H. erectus lain ditemukan di Sambungmacan. Lebih jauh lagi, pada tahun 2010, alat-alat batu yang ditemukan di Flores menunjukkan usia 1 juta tahun, mengimplikasikan teknologi pelayaran manusia purba. Bukti aktivitas artistik tertua yang pernah ditemukan, berupa garis diagonal yang dibuat dengan gigi hiu, terdeteksi pada tahun 2014 pada fosil kerang berusia 500.000 tahun yang ditemukan di Jawa pada tahun 1890-an, terkait dengan H. erectus.

Penemuan Homo floresiensis, atau "Manusia Flores", pada tahun 2003 di pulau Flores menjadi kejutan besar bagi komunitas ilmiah. Fosil hominid dengan tinggi 1,1 meter ini diperkirakan berusia antara 74.000 dan 13.000 tahun. Analisis filogenetik yang diterbitkan pada tahun 2017 menunjukkan bahwa H. floresiensis berasal dari nenek moyang yang sama dengan Homo habilis, sehingga menunjukkan migrasi keluar Afrika yang sangat awal dan belum diketahui sebelumnya. Material kerangka Homo floresiensis diperkirakan berusia 60.000 hingga 100.000 tahun; alat-alat batu yang ditemukan bersama kerangka tersebut berasal dari lapisan arkeologi yang berkisar antara 50.000 hingga 190.000 tahun.

Kepulauan Indonesia terbentuk selama pencairan setelah Last Glacial Maximum. Manusia purba melakukan perjalanan melalui laut dan menyebar dari daratan Asia ke timur menuju Papua dan Australia. Homo sapiens mencapai wilayah ini sekitar 45.000 tahun lalu. Pada tahun 2011, bukti ditemukan di Timor Leste, menunjukkan bahwa 42.000 tahun lalu, pemukim awal ini memiliki keterampilan maritim tingkat tinggi dan, secara implisit, teknologi yang dibutuhkan untuk melakukan penyeberangan laut untuk mencapai Australia dan pulau-pulau lain, karena mereka menangkap dan mengonsumsi sejumlah besar ikan laut dalam besar seperti tuna.

Lukisan gua yang menggambarkan perburuan babi hutan di karst Maros-Pangkep, Sulawesi, diperkirakan berusia setidaknya 43.900 tahun. Temuan ini diakui sebagai "gambaran tertua yang diketahui tentang bercerita dan contoh paling awal seni figuratif dalam sejarah manusia." Pada tahun 2021, para peneliti menemukan seni gua di Leang Tedongnge, diperkirakan berusia setidaknya 45.500 tahun, menjadikannya karya seni representasional tertua yang diketahui di dunia.

Pada November 2018, para ilmuwan melaporkan penemuan lukisan seni figuratif tertua yang diketahui saat itu, berusia lebih dari 40.000 (mungkin setua 52.000) tahun, dari hewan yang tidak dikenal, di gua Lubang Jeriji Saléh di pulau Kalimantan, Indonesia. Penemuan lukisan gua ini penting dalam sejarah budaya manusia, karena menambah pandangan bahwa seni gua diciptakan secara bersamaan di Indonesia dan Eropa. Francesco d'Errico, seorang ahli seni prasejarah di Universitas Bordeaux, menggambarkan investigasi tersebut sebagai "penemuan arkeologi besar". Pada 11 Desember 2019, sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Maxime Aubert mengumumkan penemuan adegan perburuan tertua dalam seni prasejarah di dunia yang berusia lebih dari 44.000 tahun dari gua kapur Leang Bulu' Sipong 4. Arkeolog menentukan usia penggambaran perburuan babi dan kerbau berkat 'popcorn' kalsit, tingkat isotop uranium dan thorium radioaktif yang berbeda.

Sebuah panel seni batu sepanjang 4,5 meter di gua kapur di Leang Bulu' di Sulawesi saat ini dianggap sebagai karya seni figuratif paling awal di dunia. Ia menggambarkan beberapa sosok yang berburu babi hutan dan bovida kerdil. Seni batu ini diperkirakan berusia setidaknya 43.900 tahun berdasarkan analisis deret uranium dari speleothem yang berada di atasnya. Sebuah stensil tangan yang dicat dari Leang Timpuseng, yang memiliki usia minimal 39.900 tahun, sekarang menjadi stensil tangan tertua yang diketahui di dunia. Penemuan pada tahun 2021 mengungkapkan bahwa gua lain, Leang Tedongnge, memiliki seni gua dengan usia minimal 45.500 tahun, yang menjadikannya karya seni representasional paling awal yang diketahui di dunia. Pada 3 Juli 2024, jurnal Nature menerbitkan temuan penelitian yang menunjukkan bahwa lukisan gua yang menggambarkan sosok antropomorfik yang berinteraksi dengan seekor babi dan berukuran 36 kali 15 inci (91 kali 38 cm) di Leang Karampuang berusia sekitar 51.200 tahun, menjadikannya lukisan tertua yang diketahui di dunia.

Mayoritas penduduk Indonesia modern adalah orang Austronesia. Mereka diperkirakan tiba di Indonesia sekitar tahun 2000 SM dan diperkirakan berasal dari Taiwan. Selama periode ini, sebagian Indonesia berpartisipasi dalam Jalur Jade Maritim, dengan outlet di Kalimantan yang ada selama 3.000 tahun antara 2000 SM hingga 1000 M. Budaya Dong Son menyebar ke Indonesia membawa serta teknik budidaya padi basah, pengorbanan kerbau ritual, pengecoran perunggu, praktik megalitik, dan metode tenun ikat. Beberapa praktik ini masih ada di daerah-daerah termasuk daerah Batak di Sumatera, Toraja di Sulawesi, dan beberapa pulau di Nusa Tenggara. Orang Indonesia awal adalah animis yang menghormati arwah orang mati yang percaya bahwa jiwa atau kekuatan hidup mereka masih dapat membantu orang yang hidup.

Kondisi pertanian yang ideal, dan penguasaan budidaya padi basah seawal abad ke-8 SM, memungkinkan desa, kota, dan kerajaan kecil berkembang pada abad ke-1 M. Kerajaan-kerajaan ini (yang tidak lebih dari kumpulan desa yang tunduk pada kepala suku kecil) berevolusi dengan agama etnis dan suku mereka sendiri. Suhu panas dan merata di Jawa, curah hujan yang melimpah, dan tanah vulkanik, sangat cocok untuk budidaya padi basah. Pertanian semacam itu membutuhkan masyarakat yang terorganisir dengan baik, berbeda dengan masyarakat yang berbasis pada padi ladang kering, yang merupakan bentuk budidaya yang jauh lebih sederhana yang tidak memerlukan struktur sosial yang rumit untuk mendukungnya.

Tembikar tanah liat budaya Buni berkembang di pantai utara Jawa Barat dan Banten sekitar 400 SM hingga 100 M. Budaya Buni mungkin merupakan pendahulu kerajaan Tarumanagara, salah satu kerajaan Hindu paling awal di Indonesia, yang menghasilkan banyak prasasti dan menandai dimulainya periode sejarah di Jawa.

Penemuan-penemuan arkeologis di Indonesia memberikan bukti kuat tentang sejarah panjang dan kaya peradaban manusia di wilayah ini. Mulai dari jejak-jejak manusia purba jutaan tahun lalu hingga karya seni gua yang menakjubkan, Indonesia terus mengungkap kisah-kisah menarik tentang masa lalu. Penelitian dan eksplorasi lebih lanjut akan terus memperdalam pemahaman kita tentang evolusi manusia dan perkembangan budaya di Nusantara.

Sumber: wikipedia

Artikel Diperbarui pada: 29 May 2025
Kontributor: Syauqi Wiryahasana
Model: Haifa Manik Intani
Seedbacklink

Recent Posts

TENTANG EMKA.WEB>ID

EMKA.WEB.ID adalah blog seputar teknologi informasi, edukasi dan ke-NU-an yang hadir sejak tahun 2011. Kontak: kontak@emka.web.id.

©2024 emka.web.id Proudly powered by wpStatically