Skip to content

emka.web.id

Menu
  • Home
  • Indeks Artikel
  • Tutorial
  • Tentang Kami
Menu

Apa itu Kiwano atau Melon Berduri (Cucumis Metuliferus)?

Cucumis metuliferus, atau yang lebih dikenal dengan nama mentimun bertanduk Afrika, melon bertanduk, melon berduri, melon jeli, atau kiwano, adalah tanaman merambat tahunan yang termasuk dalam keluarga mentimun dan melon, yaitu Cucurbitaceae. Buahnya memiliki ciri khas duri-duri yang menyerupai tanduk, sehingga disebut "melon bertanduk". Saat matang, buah ini memiliki kulit berwarna oranye dengan daging buah berwarna hijau limau yang menyerupai jeli. C. metuliferus berasal dari wilayah Afrika bagian selatan, termasuk Afrika Selatan, Namibia, Botswana, Zambia, Malawi, Zimbabwe, Mozambik, dan Angola.

Di Afrika, kiwano merupakan tanaman pangan tradisional. Bersama dengan mentimun gemsbok (Acanthosicyos naudinianus) dan tsamma (melon citron), kiwano menjadi salah satu sumber air penting selama musim kemarau di Gurun Kalahari. Di wilayah utara Zimbabwe, buah ini dikenal dengan nama gaka atau gakachika, dan umumnya dikonsumsi sebagai camilan atau salad, serta jarang digunakan sebagai dekorasi. Kiwano dapat dimakan pada semua tahap kematangan.

Selain sebagai bahan pangan, C. metuliferus juga dapat dimanfaatkan sebagai batang bawah (rootstock) melalui teknik grafting atau penyambungan untuk tanaman melon. Pemanfaatan ini bertujuan untuk mencegah penurunan pertumbuhan dan penumpukan nematoda yang berlebihan pada tanah yang terinfestasi M. incognita.

Rasa buah kiwano sering dibandingkan dengan kombinasi antara pisang dan markisa, mentimun dan zucchini, atau bahkan kombinasi antara pisang, mentimun, dan jeruk nipis. Penambahan sedikit garam atau gula dapat meningkatkan cita rasa buah ini. Namun, kandungan bijinya yang cukup banyak dapat membuat konsumsi buah ini menjadi kurang praktis dibandingkan dengan buah-buahan pada umumnya.

Beberapa orang juga mengonsumsi kulit buah kiwano karena kandungan vitamin C dan serat makanan yang tinggi.

Proses perkecambahan biji kiwano akan optimal pada suhu antara 20–35 °C (68–95 °F). Perkecambahan akan terhambat pada suhu 12 °C (54 °F) dan stratifikasi benih akan sepenuhnya terhambat. Suhu di atas 35 °C (95 °F) juga sangat menghambat perkecambahan. Tingkat salinitas yang tinggi dapat memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk perkecambahan sempurna. Waktu penanaman sangat memengaruhi hasil panen buah dan pembungaan.

Kiwano memiliki ketahanan terhadap beberapa jenis nematoda puru akar (root-knot nematodes). Dua aksesi (accessions) kiwano ditemukan sangat resistan terhadap Watermelon Mosaic Virus, tetapi sangat sensitif terhadap Squash Mosaic Virus. Beberapa aksesi juga ditemukan rentan terhadap Fusarium wilt. Selain itu, kiwano dilaporkan memiliki resistensi terhadap greenhouse whitefly. Meskipun dilaporkan tahan terhadap powdery mildew, di Israel, powdery mildew dan Squash Mosaic Virus pernah menyerang ladang kiwano dan memerlukan tindakan pengendalian.

Selama 28 hari perkembangan buah kiwano pada tanaman, berat segar, konduktivitas listrik, dan keasaman titratable (titratable acidity) buah tidak mengalami perubahan signifikan. pH buah cenderung meningkat kemudian menurun, sementara konsentrasi gula reduksi dan total padatan terlarut (total soluble solids) meningkat. Pada periode yang sama, warna kulit buah berubah dari hijau, melalui hijau keputihan, menjadi kuning, dan akhirnya menjadi oranye. Profil pigmen menunjukkan penurunan pigmen yang menyerap pada panjang gelombang 431 dan 663 nm, serta peningkatan pesat pada pigmen yang menyerap pada panjang gelombang 442 dan 470 nm.

Sumber: wikipedia

Artikel Diperbarui pada: 31 May 2025
Kontributor: Syauqi Wiryahasana
Model: Haifa Manik Intani
Seedbacklink

Recent Posts

TENTANG EMKA.WEB>ID

EMKA.WEB.ID adalah blog seputar teknologi informasi, edukasi dan ke-NU-an yang hadir sejak tahun 2011. Kontak: kontak@emka.web.id.

©2024 emka.web.id Proudly powered by wpStatically