Meski sempat molor dari jadwal yang telah ditentukan, kirab Hari Santri NU dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional tetap mendapat sambutan yang luar biasa dari warga Pekalongan.

Acara penyambutan yang dipusatkan di Gedung Kanzus Sholawat, Jalan dr Wahidin berlangsung Selasa (20/10) mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Ratusan tamu undangan dan ribuan masyarakat Pekalongan dan sekitarnya sudah hadir sejak pukul 10 pagi. Bahkan tamu undangan para veteran telah siap menyambut kedatangan rombongan kirab Hari Santri NU yang sebelumnya transit di beberapa kota di Jawa Tengah khususnya di jalur Pantura dan baru tiba di Pekalongan jam 15.00 wib. "Hari santri ini sudah seharusnya diberikan oleh pemerintah sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan, mengingat perjuangan kaum santri pada awal kemerdekaan bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka para santri telah berjuang angkat senjata untuk kejayaan Indonesia," ujar Kiai Ilyas Muin, Ketua MWCNU Pekalongan Barat. Kegiatan kirab yang dilepas dari Surabaya menuju Jakarta, dikawal langsung oleh Sekretaris Jendral PBNU dan salah satu cucu pendiri NU serta puluhan santri sempat istirahat selama 2 jam di Kanzus Sholawat. Rombongan selanjutnya menuju Kabupaten Pemalang dengan kawalan ratusan pemotor Banser dan rombongan kirab transit di Kabupaten Tegal untuk bermalam. Selanjutnya rombongan kirab menuju Cirebon, Indramayu dan finish di Tugu Proklamasi Jakarta. Acara penyambutan ditandai dengan penyerahan bendera merah putih dan bendera NU serta pembacaan ikrar santri disambut dengan pasukan marching band, pasukan bendera merah putih yang dibawa oleh TNI, Polri dan Banser grup Simtud Duror Pekalongan. Dalam tausiyahnya, Rais Am Idaroh Aliyah Jam'iyyah Ahlit Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyah (Jatman) Habib Luthfy bin Yahya meminta kepada umat Islam untuk bersyukur atas ditetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, momentum hari santri sebagai langkah menguak kembali perjuangan para santri, kiai dan para ulama di tanah air dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Lebih lanjut dikatakan, pawai kirab Hari Santri sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada para pejuang dengan semangat nasionalisme yang didasari Pancasila dan UUD 1945 sekaligus meneguhkan komitmen umat Islam menjaga keutuhan NKRI. "Kita tidak perlu teriak-teriak, akan tetapi harus dibuktikan dengan aksi nyata kontribusi kita sebagai generasi penerus perjuangan bangsa. Jangan sampai kita mengecewakan para pejuang yang dengan tulus ikhlas dan itu harus ada tindakan bukan cukup diomongkan," ujar Habib Luthfy. Habib Luthfy berpesan agar mengisi kemerdekaan ini dengan semangat menjaga keutuhan NKRI dan itulah bentuk rasa syukur yang harus kita wujudkan atas ditetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional. (Abdul Muiz/Mukafi Niam) Sumber: NU Online