GP Ansor Siap Perangi Kekerasan Di Masyarakat
Gerakan Pemuda (GP) Ansor memandang kekerasan dan radikalisme sebagai tantangan terhadap bangsa Indonesia. “Kami Gerakan Pemuda Ansor, siap berperang melawan kekerasan atas nama agama,” kata Nusron Wahid, Ketua PP GP. Ansor dalam kesempatan pidato Apel Banser di hadapan sedikitnya empat puluh ribu kader GP Ansor di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, Senin (16/7) malam.
Tetapi, dalam memerangi kekerasan itu, GP Ansor tidak akan menciptakan kekerasan baru. GP Ansor akan menggalang program yang memperkokoh persatuan bangsa. Program-program konkritnya adalah dengan pendalaman empat pilar bangsa (UUD 1945, Pancasila, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika), tambah Nusron.
Menurut Nusron, GP Ansor menggalakkan kaderisasi dan penguatan tradisi keindonesiaan. Dengan mewarisi dan mengembangkan, tradisi keindonesiaan dapat menjadi kuat. Penguatan tradisi dan ideologi empat pilar, dirasa efektif dalam menghapus kekerasan.
Ketua Umum PB PMII ini menyatakan kesiapan barisan pemuda yang dipimpinnya untuk terus mengawal NKRI. Bersama elemen lain, gerakan pemuda yang sudah berusia 78 tahun ini akan berada di barisan terdepan dalam mengawal bangsa dengan segala persoalannya.
NKRI sudah final, kata Nusron. Kesatuan kebangsaan adalah warisan para kiai. Para kiai pula yang merumuskan dasar-dasar Negara RI. Para kiai berpikir bahwa pembentukan negara Indonesia dapat berjalan sempurna hanya dengan pendasaran pada empat pilar.
“Pilar bangsa ini bagi Ansor, bukan berjumlah empat melainkan lima; ditambah paham ahlusunnah wal jamaah (Aswaja),” tambah Kiai Cholid Mawardi, Mantan Ketua Umum PP GP. Ansor periode 1980-1985, kepada NU Online usai apel Banser Se-Indonesia pukul 22.15, di lobi utama stadion Manahan, Senin (16/7) malam.
Dengan memasukkan pilar kelima; paham Aswaja, GP Ansor akan mengambil posisi yang jelas terhadap gerakan-gerakan ekstrem kanan. Hal ini sejalan dengan gerakan GP Ansor tahun 1966-67 terhadap gerakan ekstrem kiri; PKI, tutup kiai Cholid.
Sumber: NU Online