2013, Akankah Pembayaran Elektronik Berevolusi?

Jakarta – Revolusi dan transformasi masyarakat menuju penggunakan transaksi elektronik untuk layanan pembayaran masih berlanjut. Bisnis ATM kian melaju, sedangkan SMS dan internet banking pun diprediksi bakal semakin bergeliat di Indonesia. “Beberapa bank mulai merasakan perlunya mengoptimasi ATM dengan cara menempatkan lokasi yang optimal dan memberikan layanan yang sebaik mungkin,” kata Dimitri, Chairman Sharing Vision.

Mesin ATM di daerah memang tergolong masih sedikit, diperkirakan masih dibutuhkan sekitar 300.000 mesin ATM di Indonesia. Selain itu, mesin ATM pun diharapkan dapat hadir kaya inovasi. Misalnya kehadiran ‘ATM berbicara’ (talking ATM) yang telah dijajal Standard Cartered untuk memudahkan penggunaan bagi kalangan tunanetra.

Selain itu ada juga inovasi multicurrcency ATM alias ATM yang bisa memberikan layanan lebih dari satu mata uang dan telah dijalankan oleh Myanmar Foreign Trade Exchange Bank (empat mata uang: US dolar, poundsterling, euro, hongkong dolar), hingga biomteric ATM iris, fingerprint, dan palm vein.

revolusi e-channel diprediksi Dimitri akan merambat ke berbagai layanan publik. Pembayaran utility (listrik, air ,telepon), pembayaran pulsa telekomunikasi, pembayaran sekolah, pembayaran hotel hingga layanan e-payment untuk pembayaran layanan kepelabuhanan semua akan bertransformasi ke dalam layanan e-channel.

Indikasinya, per Oktober 2012, Garuda Indonesia telah memberlakukan kebijakan airport tax include ke dalam harga tiket. Maksudnya, tiket dan airport tax jadi satu untuk penerbangan domestik. Namun nilai pajak tetap (Rp 40 ribu), dan maskapai lain pun siap untuk melakukan hal serupa.

Sementara Pelindo II meluncurkan ILCS (Indonesia Logistic Community System) untuk menyediakan switching untuk one-gate-payment bagi seluruh kegiatan logistik di Indonesia. Layanan ini meliputi port community system, domestic manifest, serta tracking dan tracing system.

“Dalam bidang micropayment, pelanggan e-money di Indonesia 2013 akan melebihi 15 juta pelanggan. Namun, dari sisi jumlah transaksi tampaknya masih tidak signifikan,” jelas Dimitri.

Ia menambahkan, mungkin tidak akan melebihi seperseribu layanan transaksi yang melewati kartu ATM/Debet. Namun hal ini merupakan isu yang cukup strategis dalam industri perbankan, terutama dengan keberadaan operator telekomunikasi sebagai penyandang ijin resmi penyelenggara e-money yang telah diberikan oleh Bank Indonesia.

via detikINET